Rabu, 18 Mei 2011

Sebuah Kerinduan (My Son – Muhammad Ilman Danendra)


Ass.wr.wb,

Just want to share J, seperti yang pernah aku ceritakan sebelumnya ketika kita sudah dewasa dengan umur yang dirasa “cukup” maka lingkungan kita akan menanyakan kapan menikah dan ketika kita sudah menikah maka pertanyaan selanjutnya udah ada anak ?

Ini adalah hal-hal yang kita temui di lingkungan kita dan kita sendiri tidak bisa menghindari atau mengatur persepsi orang ke diri kita. Seperti yang pernah aku share sebelumnya.

Pada saat itu aku dan suami masing-masing punya kesibukan dan kami ikhlaskan semuanya kepada Allah SWT dengan tetap berusaha untuk mempunyai keturunan. Seorang teman share kepadaku untuk datang ke dokter rekomendasi dia untuk proses pemeriksaan dalam rangka usaha memiliki keturunan. Namun karena beberapa schedule aku masih menunda untuk mendatangi dokter rekomendasi teman tersebut. Suatu ketika temanku bertanya, “Kamu udah cek belum, jangan-jangan telat loe”. Aku cuman tersenyum menanggapi omongan teman tersebut. Lalu aku berkata, “Iya ya kayaknya udh telat 1 minggu”. Lalu teman saya berkata,”Jangan-jangan loe hamil lagi”. Lalu aku hanya tertawa dan tersenyum atas perkataan teman tersebut. Sampai akhirnya aku baru menyadari klo terlambat haid, aku coba periksa dengan test pack dan alhamdulillah hasilnya positif. Alhamdulillah setelah hampir 3 tahun pernikahan kami, Allah SWT mengabulkan doa kami dan memberikan karunia kehamilan.

Alhamdulillah diberikan kelancaran pada saat hamil, tetap bisa melaksanakan aktifitas. Alhamdulillah perjalanan Sidoarjo – Surabaya sehari – hari pada saat hari kerja tidak mempengaruhi kehamilan. Pada saat hamil sekitar 3 bulan aku mendapatkan tugas ke Beijing. Pada saat pergi aku mengalami batuk, sempat was-was juga karena tidak mengetahui bagaimana kondisi di Beijing. Dokter membekali diriku dengan obat yang aman dikonsumsi selama hamil dan selama di Beijing tetap menjaga makanan yang aku konsumsi. Teman-teman di Beijing tidak mengetahui kalo aku hamil sampai suatu ketika kita sedang makan malam ada teman yang ingin merokok dan sambil bercanda dia mengatakan “Is ok if I’m smoke, because I believed there isn’t pregnant woman in here right ?” Lalu aku tersenyum dan berkata, “I’m pregnant”. Kemudian temanku berkata, “Serious, so I have to smoke outside the room…sorry”. Teman – teman tidak mengetahui karena kehamilanku tidak begitu kelihatan dan usia kehamilan yang masih kecil. Sejak teman-teman tahu aku sedang hamil mereka begitu memperhatikan diriku .. haha … walaupun kita baru bertemu saat itu ternyata mereka orang-orang yang baik, meskipun kita sangat berbeda budaya. Sempat surprise juga walaupun kita baru bertemu pada saat itu tetapi seperti sudah bertemu lama. Senang …J. Alhamdulillah baik-baik saja dan kembali ke Indonesia dengan sehat J.

Ketika usia kandungan 4 bulan, teman-teman kantor mengadakan outbond di Bromo. Kebetulan karena member team kantor yang cewek cuman 2 orang yaitu diriku dan sang sekretaris maka secara tidak langsung kami yang menjadi “panitia” dan tetap dibantu oleh teman-teman. Alhamdulillah ketika pergi ke Bromo juga baik-baik saja. Alhamdulillah masih bisa naik untuk melihat matahari terbit hanya saja memang lebih terasa terengah-engah … hahaha mungkin karena harus mengatur napas untuk 2 orang J but alhamdulillah baik – baik saja. Teman – teman tidak terlalu mengkhawatirkan keadaanku sehingga aku sendiri tidak terlalu “lebay” tetapi ternyata mereka “menjaga” diriku, dengan sesekali menanyakan kondisiku. Karena kondisi aku tidak naik ke gunung bromo hanya sampai di pura yang ada di lautan pasir, alhamdulillah ada teman yang juga tidak naik ke gunung bromo sehingga aku tetap ada teman. Perjalanan ke Bromo alhamdulillah bisa dilalui dengan baik J. Outbond berjalan dengan baik. Ada cerita pada saat kami ke Bromo, teman ada yang mendapat khabar dari istrinya bahwa gunung bromo bersatatus aktif (artinya ada peningkatan aktifitas di gunung berapi tersebut). Alhamdulillah kami sudah turun dan sudah akan pulang. Pada saat itu mendung tebal, alhamdulillah kami bisa pulang dengan selamat walaupun tak lama kemudian kami melihat berita di televisi bahwa gunung bromo mulai aktif mengeluarkan partikel-partikel …

Alhamdulillah kehamilan berjalan dengan baik, aku kontrol kehamilan setiap bulannya di Surabaya sepulang kerja. Kebetulan dokternya searah jalan pulang. Alhamdulillah selama hamil diberikan kelancaran dan sehat. Alhamdulillah sangat santai dan menikmati saja masa-masa kehamilan tersebut. Aku dan suami hanya berdoa agar anak kami sehat. Aku sempat berangan bahwa anak pertama kami adalah laki – laki tetapi apapun yang diberikan oleh Allah SWT adalah yang terbaik. Tiba saatnya pemeriksaan ketika sekitar usia 6 bulanan dokter mengatakan InsyaAllah laki – laki … Aku hanya tersenyum dan berujar Alhamdulillah. Kami memiliki keluarga dan teman – teman yang senantiasa mensupport kami. Salah seorang teman kantorku datang ke mejaku sambil bertanya, “Bun, udah hamil berapa bulan ?” lalu aku menjawab 7 or 8 ya (hehe lupa pada saat itu menjawab apa) kemudian dia berkata lagi, “aduuuchhh telat niy”. “Kenapa ?” tanyaku. Lalu dia menyodorkan buku dengan judul “Kehamilan : Apa yang Anda Hadapi Bulan per Bulan” by Arlene Eisenberg, Heidi E. Murkoff & Sandee E. Hathway, B.S.N) sambil berkata, “Seharusnya aku udah minjamin buku ini dari dulu yaa bun”. Lalu aku menimpali, “ Is OK om, mana – mana aku pinjam yaa InsyaAllah manfaat niy”. Hehe lalu kami tertawa bersama, kebetulan temanku ini mempunyai pengalaman yang hampir sama dimana sedikit “menunggu” dalam memiliki keturunan. Note : Bun (nick name dari Bunda yang merupakan panggilan akrab teman-teman satu team di kantor). Om merupakan panggilan akrabku untuk temanku Timotius.

Tiba saatnya mendekati bulan kelahiran, dokter mengatakan bahwa target melahirkan 3 Maret 2011 karena usia kandungan sudah harus dilahirkan, jadi apabila pada tanggal tersebut belum ada tanda – tanda melahirkan maka dilakukan cara untuk bisa melahirkan.

Aku mengambil cuti melahirkan pada pertengahan bulan Februari karena masih belum pengalaman dan tidak tahu pasti kapan melahirkan. Selain itu menghindari cuti mendadak. Sebelum melahirkan aku tinggal di Surabaya (rumah mama) sekalian maen – maen dengan my beutiful niece – Keisha. Aku tinggal di Surabaya untuk lebih memudahkan akses ke rumah sakit karena kami memutuskan untuk melahirkan di salah satu rumah sakit di Surabaya. Suami juga menemani diriku tinggal di rumah mama dan mesti bolak – balik Sidoarjo sometimes untuk melihat rumah kami yang di Sidoarjo.

Pemeriksaan mulai rutin 2 mingguan dan ketika masuk usia 9 bulan mulai dilakukan pemeriksaan 1 minggu sekali. Alhamdulillah semua baik – baik saja. Kami memutuskan untuk melahirkan normal apabila memungkinkan dan dokter sangat mendukung keputusan kami. Tiba di Februari akhir dimana range perkiraan tanggal – tanggal melahirkan, sudah mulai merasakan kontraksi tetapi merupakan kontraksi palsu seperti yang aku baca di buku dimana jarak antar kontraksi tidak beraturan dan jauh – jauh. Suamiku yang mempunyai jadwal pasti keluar kota dalam setiap bulannya, pada saat itu sempat pergi ke Makasar. Ketika itu baru kembali dari Makasar pada hari Jum’at. Pada hari jum’at dan sabtu malam (26 Februari) aku mulai merasakan kontraksi dan ada flek – flek seperti ketika kita akan mendapatkan haid, cuman aku yakin itu bukan tanda – tanda melahirkan seperti referensi yang aku baca. Aku mencoba untuk santai, dan bercerita ke mama. Mama bilang kalo aku merasakan kontraksi yang teratur maka aku harus cerita. Dan pada minggu pagi (27 Februari 2011) aku mulai mengalami flek seperti haid. Hari itu bertepatan dengan temu alumni akbar Statistika ITS dimana aku dan suamiku merupakan alumni dari jurusan ini. Pagi itu salah satu temanku menelpon menanyakan apakah aku bisa datang di acara temu alumni tersebut, dimana sebenarnya aku sangat ingin datang tetapi kondisi tidak memungkinkan maka kami memutuskan untuk absen di acara tersebut. Lalu aku menceritakan kondisiku bahwa aku sudah mengalami flek, dan temanku tersebut menyarankan untuk konsultasi dengan dokter apapun yang aku alami karena menurut dia kondisi setiap orang berbeda – beda dan ini hanya jaga – jaga saja apalagi sudah dalam range waktu melahirkan. Kemudian aku kirim sms pada dokterku, alhamdulillah beliau bisa dihubungi dengan sms or telpon ke handphonenya meskipun hari libur. Kemudian dokter menelponku dan menyarankan untuk pergi ke rumah sakit untuk rekam jantung anak sekaligus memantau kontraksiku.

Akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke rumah sakit hari itu. Karena memang sudah mulai packing jadi kami tinggal membawa barang – barang yang perlu di bawa. Setelah di rumah sakit dilakukan pemeriksaan rekam jantung anak dan kontraksi. Alhamdulillah kondisi anakku baik dan nilai kontraksiku juga baik, selain itu sudah pembukaan 2. Aku dan suami ada di ruang persalinan, para bidan dan suster sudah mulai mempersiapkan segala sesuatunya. Tetapi aku sendiri masih belum merasakan kontraksi yang besar bahkan ketika ditanya oleh suster apakah sakit, aku masih belum merasakan sakit pada saat itu. Para suster menyarankan aku untuk berjalan – jalan untuk mendukung proses pembukaan. Aku dan suami menghabiskan sore itu dengan berjalan – jalan di rumah sakit. Dukungan suami yang menemani merupakan semangat untukku. Aku mulai diperiksa intensif tetapi masih belum ada tanda – tanda penambahan bukaan pada hari itu. Suster dan dokter mengatakan untuk sabar. Tiba pada hari Senin masih belum ada penambahan bukaan, aku disarankan untuk rileks dan banyak jalan. Hari senin itu masih belum ada progress dan kondisi masih sama dengan hari minggu...hehe...tapi kami sabar menunggu. Kata teman, mungkin kami terlalu terburu – buru masuk rumah sakit hahaha J maklum kami masih belum pengalaman. Tetapi untuk tetap berjaga kami memutuskan untuk tinggal di rumah sakit.

Senin sore ketika kami (aku dan suami) balik ke ruang persalinan setelah berjalan – jalan di sekitar rumah sakit, seorang suster memberikan informasi berdasarkan hasil pantauan pemeriksaan dan dokter bahwa proses persalinanku perlu dilakukan operasi caesar karena proses pembukaan yang sudah berlangsung lama tetapi tidak mengalami progress bukaan. Dari nada bicaranya seolah – olah tidak ada pilihan lain selain operasi caesar, aku yang mendengar cukup kaget dengan informasi tersebut. Aku hanya mengatakan kepada suster tersebut bahwa akan melakukan diskusi terlebih dahulu dengan pihak keluarga. Kemudian aku kembali ke kamar dan mencoba untuk menelpon dokter tentang informasi yang baru saja kami tarima dari suster tersebut. Ketika diskusi aku menanyakan apakah kondisiku sudah tidak memungkinkan untuk dilakukan persalinan normal, kemudian dokter mengatakan masih mungkin untuk dilakukan persalinan normal dengan melihat kondisi yang telah dipantau saat ini. Beliau mengatakan opsi melahirkan operasi caesar dilakukan barangkali karena memang ingin melahirkan cepat atau atas permintaan pasien, kami lega karena dokter mendukung keputusan kami. Dokter mengatakan bahwa kekuatan kontraksiku baik cuman memang progressnya lama, InsyaAllah bisa normal kata dokter kepada kami. Setelah diskusi tersebut kami memutuskan untuk menunggu sampai pembukaan lengkap, kami berdua berdoa dan berusaha dengan menambah frekuensi jalan – jalan untuk menunjang proses bukaan.

Tiba hari Selasa tetapi progress pembukaan masih begitu lama, dokter kembali menyemangati kami. Aku tetap menjalankan aktifitas dengan berjalan – jalan di sekitar rumah sakit bersama suami. Sore hari ketika diperiksa bukaan sudah mulai bertambah menjadi 4, Alhamdulillah ... Para susterpun turut menyemangati diriku. Pembukaan mulai bertambah pada malam hari menjadi 6, dokter juga mulai melakukan re-check kembali terhadap detak jantung anakku dan kekuatan kontraksiku. Alhamdulillah semuanya baik, dokter bilang tetap semangat ya. Aku teringat pada malam hari pada saat pergantian shift, suster kepala datang ke kamarku sambil tersenyum beliau menanyakan progress dan apa yang kurasakan. Kemudian beliau berkata, “Lebih baik melahirkan normal, sakitnya pada saat itu tetapi recoverynya cepat”. Semangat yaa, begitu ungkap beliau. Suster kepala ini secara fisik nampak sedikit “keras” tetapi ketika berkata begitu menyejukkan dan menyemangati. Aku dan suami senang sekali karena begitu banyak yang mendukung keputusan kami untuk menunggu. Suamiku berkata, “Kenapa kita tidak bisa bersabar hanya dalam beberapa hari untuk menunggu kelahiran, sedangkan kita juga diminta bersabar untuk menunggu anugerah keturunan”, dukungan yang luar biasa dari orang – orang yang ada disekitar kita dan yang menyayangi kita seperti energi berkekuatan tinggi. Kamipun menunggu progress pembukaan agar bisa melahirkan normal. Aku mulai merasakan sakit kontraksi ketika pembukaan diatas 5, dan aku baru tahu rasanya. Sungguh luar biasa, langsung teringat mama dan ibu – ibu luar biasa yang telah melahirkan anak – anaknya. Sakit itu mulai terasa setiap menit begitu luar biasa. Orang bilang rasanya seperti ketika mengalami sakit pada saat datang bulan sedangkan aku sendiri kebetulan tidak merasakan sakit pada saat datang bulan sehingga akupun bisa merasakan ketika ada yang merasakan sakit seperti itu, mungkin sakit kontraksi ini rasanya lebih – lebih sakit yaa...Kontraksi mulai beraturan dan menguat ... subhanallah ... mama maafkan aku apabila banyak sekali kesalahan dan kekhilafan selama ini (bisikku dalam hati). Aku mulai sering ke belakang untuk buang air kecil, entah pelarian dari rasa sakit atau bagaimana yang jelas frekuensinya semakin sering. Di tengah perjalanan proses pembukaan aku (maaf) muntah – muntah, aku sedikit panik karena aku berpikir energi untuk melahirkan nantinya bagaimana apabila makanan yang ada di tubuhku keluar. Suamiku menyiapkan madu bersama air putih dan sedikit – sedikit memberikan kepadaku agar aku tetap mempunyai energi. Pada saat itu aku mulai sulit makan dan minum karena rasa kontraksi. Tetapi aku paksakan untuk tetap bisa minum, suster yang mengetahui tentang hal itu juga menyediakan teh manis hangat. Kontraksi yang luar biasa tiba – tiba membuatku (maaf) muntah lagi, agak panik juga ... Ya Allah, beri hamba kekuatan. Bukan bermaksud lebay tetapi perjuangan seorang ibu yang melahirkan itu memang luar biasa. Dukungan suami yang setia mendampingi selama kontraksi membuatku tenang dan mendapatkan dukungan yang luar biasa. Usapan di punggung begitu menenangkan untuk mengalihkan rasa sakit, dan suamiku melakukan itu di tengah – tengah kantuk luar biasa yang dirasakan olehnya. Sedangkan aku tidak bisa mengantuk karena kontraksi, hehehe (Sekarang baru bisa ketawa sendiri, bukan bermaksud sombong ;-p). Kami juga membaca doa bersama. Kemudian suamiku berbisik, “Itulah sebabnya surga berada di bawah telapak kaki ibu” sambil membelai kepalaku ketika mengetahui aku menahan rasa sakit dengan memegang tempat tidur kuat – kuat. Tiada henti aku menyebut, Ya Allah kuatkan hamba ... kondisiku dipantau oleh para suster yang memeriksaku secara intensif. Hal ini berlangsung sampai rabu pagi (02 Mar 11) sekitar jam setengah 7 dimana aku diprediksi sudah bisa melahirkan alias proses pembukaan sempurna (pembukaan 10). Tetapi ketika dilakukan pemeriksaan kembali ternyata pembukaan masih 8 dan posisi bayi masih belum di posisi lahir (belum turun).

Dan ketika dokter datang pada pagi itu beliau memberikan pertimbangan bahwa masa kontraksi sudah lama yaitu lebih dari 24 jam dengan progress yang lambat dan bayi juga belum turun di jalan lahir. Kondisi seperti ini menurut beliau adalah kondisi abnormal kelahiran. Beliau advise untuk dilakukan operasi caesar. Lalu aku bertanya apakah secara fisik pinggulku bermasalah / tidak elastis sehingga bayi tidak turun ke posisi jalan lahir (hehe bahasa yang aneh dariku, mengingat aku baru melakukan proses melahirkan untuk pertama kali di usia 32 tahun). Lalu dokter menyatakan tidak bisa mengetahui penyebabnya secara pasti kecuali dilakukan operasi karena penyebabnya bisa macam – macam. Aku memandang suamiku dan suamiku menyetujui analisa dokter. Menurut dokter, beliau khawatir dengan kondisi bayi. Beliau berkata padaku,“Sabarmu udah cukup“ sambil tersenyum. Kamipun menandatangani surat persetujuan operasi, dan akupun mulai disiapkan untuk dilakukan operasi. Kemudian dokter bertanya padaku apakah aku pernah masuk ruang operasi. Dengan menahan sakit aku menjawab belum pernah, dokter hanya berkata nanti dingin banget ya di ruang operasi. Saat itu aku hanya berpasrah dan berdoa, teringat mama. Proses melahirkan ini kebetulan aku dan suamiku saja di rumah sakit. Telpon yang berdering di handphone kami pagi itu tidak bisa kami angkat karena kamipun sibuk dengan kondisi ini, sehingga kami tidak sempat memberitahukan kondisi kami pada keluarga kami.

Aku mulai di bawa ke ruang operasi, pasrah dan berdoa. Bismillah, InsyaAllah dilancarkan semua proses. Di ruang operasi aku bertemu dengan dokter anestesi yang super gaul. Dokter tersebut langsung menyapa diriku,“Selamat pagi ibu, mau melahirkan yaa“ sambil tersenyum ramah tanpa beban... haha...lalu dia bilang,“Ibu alergi alkohol yaa, saya akan menggunakan pengganti alkohol“. Aku memang alergi alkohol, setiap kali alkohol menyentuh kulitku membuat kulitku memerah dan gatal lalu bengkak seperti digigit nyamuk. Sehingga setiap kali disuntik atau diinfus dan kebetulan aku tidak mengatakan alergi alkohol maka aku akan mengalami gejala alergi tersebut. Di ruang operasi aku bertemu pasien anak – anak yang juga akan melakukan proses operasi. Anak perempuan tersebut terlihat ceria tanpa beban sambil berkata,“Aku ada temannya niy, tante juga mau dioperasi“ sambil tersenyum padaku. Sesaat aku tersenyum balik padanya. Lalu seorang suster berkata,”Nah karena ada temannya maka tidak takut operasi khan, pasti kamu juga sembuh” dengan semangat. Lalu anak perempuan tersebut berkata,”Tidak takut”. Kalo tidak salah anak perempuan ini harus di operasi untuk pengangkatan tumor. Tiba di ruang operasi yang aku rasakan dingin dan tetap merasakan kontraksi yang luar biasa. Lalu dokter anestesi mulai menjalankan tugasnya, beliau akan menyuntik daerah punggungku untuk mematirasakan daerah yang akan di operasi. Bius yang dilakukan hanya bius sebagian saja (bius lokal) sehingga aku tetap terjaga selama proses persalinan. Kata orang suntik di bagian punggung untuk anestesi sangat sakit, tetapi saat itu aku tidak begitu merasakan sakit karena sakit kontraksi mengalihkan rasa sakit suntik (hehe). Pengalaman ketika anestesi dilakukan bersamaan dengan kontraksi, Dokter anestesi memberitahukan aku ketika akan menyuntik dan ketika itu bersamaan dengan rasa kontraksi sehingga aku dengan sigap berkata,”Sebentar – sebentar dok” lalu dokter tersebut menjawab,”Ok – Ok ibu pasti kontraksi niy, saya tunggu”. Hehehe lumayan juga, ketika proses anestesi selesai kakiku terasa kesemutan dan saat itu sudah tidak terasa lagi sebagian tubuhku. Dokter kandungan lalu berkata padaku,”OK, sudah siap ya Bismillah”. Seorang suster ada di dekatku memberikan petunjuk apabila ada aba – aba ambil nafas maka aku harus mengambil nafas. Suster tersebut juga berkata,”Jangan didengarkan ya bu suara – suara yang ada disini anggap aja musik” sambil tersenyum padaku. Dan akupun tersenyum balik padanya. Tetapi honestly walaupun dibius sebagian aku tidak merasakan sama sekali ketika proses pembedahan. Aku berusaha serileks mungkin di ruang operasi tersebut dan percaya InsyaAllah semuanya lancar. Ketika proses pembedahan diketahui bahwa anakku terlilit tali pusat dan tali pusatnya sangat pendek. Para dokter dan suster seperti paduan suara yang sangat kompak berkata,”Naahh bayinya terlilit tali pusat”. Tak berapa lama kemudian ada aba – aba untuk tarik napas dan keluarkan napas, kemudian aku mendengar suara tangis bayi. Dan ucapan,”Selamat ibu anaknya laki – laki, lengkap, sehat”. Subhanallah, alhamdulillah bisikku...lalu suster menyodorkan anakku padaku sambil berkata,”Cium bunda” lalu aku menciumnya dan tiba – tiba air mataku mengalir. Campur aduk rasanya ... Sebuah kerinduan kami, dear my son welcome to the world... Lalu setelah itu aku tidak ingat lagi karena tiba – tiba aku ada di ruang pemulihan. Suamiku menggenggam tanganku, dan aku mencoba membuka mataku lalu aku melihat suamiku tersenyum dan aku tersenyum padanya sambil berkata,”Anak kita lucu lho”. Lalu aku berkata,”Aku ngantuk mo tidur dulu ya” kemudian suamiku mengangguk dan akupun terlelap. Aku hanya mendengar sayup – sayup suara yang menanyakan apakah aku bisa menggerakkan kakiku lalu aku menggerakkan kakiku yang masih terasa agak kaku. Dan setelah itu aku tidak ingat lagi.

Aku terbangun ketika sudah ada di ruang kamar inap, dan aku melihat suami beserta mamaku sudah ada di sampingku. Mama memberikan selamat padaku. Kami semua bahagia. Tidak berapa lama seorang suster mengantar anakku ke diriku, bahagia luar biasa ketika melihatnya. Rasa sakit hilang yang ada hanya bahagia ingin segera memeluknya. Lalu suster tersebut menyerahkannya padaku sambil membantu untuk memberikan asi pertama kali. Alhamdulillah aku bisa memberikan asi pertama (kolustrum) pada anakku. Anakku begitu mungil dengan berat badan 2.74 Kg dan panjang 48 cm , anugerah dan amanah yang luar biasa bagi kami. Dengan percaya diri aku memberikan asi, suster tersebut menyemangatiku. Suster berkata bahwa aku pasti bisa memberikan asi bagi anakku, InsyaAllah lancar dan yakin bahwa ibu bisa memberikan asi maka InsyaAllah ibu diberikan kelancaran asi. Aku tersenyum padanya dan lega sekali dengan dukungan tersebut. Begitu menenangkan dan akupun percaya bahwa InsyaAllah bisa memenuhi kebutuhan asi anakku. Suster tersebut berkata bahwa anak bisa dibawa sewaktu – waktu ke kamar untuk pemberian asi, aku sangat lega sekali dengan hal ini. Setiap hari anakku bisa dibawa ke kamar untuk pemberian asi. Anakku juga dikontrol perkembangannya secara intensif, alhamdulillah sehat. Hanya harus dilakukan sinar selama 24 jam karena ada indikasi kuning setelah itu alhamdulillah hasil tes baik semua dan anakku bisa pulang. Senang sekali ...

Pasca operasi dokter melakukan kontrol pemeriksaan padaku dan dia berkata,”Pinggulmu baik – baik saja, InsyaAllah next klo mo punya anak lagi dan memungkinkan untuk melahirkan normal bisa kok” sambil tersenyum padaku. Hahaha dokter ternyata masih ingat tentang pertanyaanku sebelum dilakukan operasi.

Pemberian nama anak kami pun sempat agak lama hahaha... maunya nama yang terbaik. Seperti orang bilang nama itu sama seperti doa. Aku dan suami mencoba browsing nama – nama di internet J, mulai nama arab, Indonesia, Jawa, International hahaha... Setelah mendapat referensi kami malah lumayan bingung karena kombinasi nama apa yang tepat untuk anak kami. Aku dan suami membuat kombinasi nama masing – masing sebelum di diskusikan bersama. Aku selalu mempunyai kombinasi nama 4 kata sedangkan suamiku mempunyai kombinasi nama 3 kata, menurut suamiku apabila 4 kata terlalu banyak. Kalo nama terlalu panjang kasihan pada saat ujian harus mengisi kotak nama terlalu lama dan makan waktu...wakakak, pertimbangan yang lumayan juga. Sedangkan kalo 3 kata maka nama itu terdiri dari first name, middle name & last name. Ehmmm boleh juga pertimbangannya. Akhirnya kami berhasil mendapatkan nama untuk anak kami setelah melakukan kompromi J, nama anak kami adalah MUHAMMAD ILMAN DANENDRA (dengan nick name atau nama panggilan NENDRA). InsyaAllah anak kami senantiasa dirahmati Allah SWT, berilmu / pintar, dimudahkan rezekinya dan bijaksana kira – kira begitu secara garis besar arti nama anak kami.

Kami seperti anak kecil yang mendapatkan hadiah, senang sekali. Aku bahkan tidak percaya bayi mungil itu pernah berada di perutku. Alhamdulillah kami dipercayakan amanah yang luar biasa ini. Kami berdoa dan berusaha menjadi orang tua yang baik bagi anak kami, Insya Allah kami senantiasa mendapat bimbingan dan kemudahan dari Allah SWT. InsyaAllah aku bisa memberikan asi eksklusif terhadap anakku. Bunda akan berusaha sekuat tenaga anakku J.

Teman – teman ikut berbahagia dengan kehadiran anak kami, banyak yang share tentang pengalaman masing – masing, meminjamkan alat yang dapat menunjang, meminjamkan buku sehingga aku ada referensi. Alhamdulillah anakku, banyak yang sayang dengan kita J.

Dear my son, you’re beautiful gift from Allah SWT. InsyaAllah anak kami menjadi anak yang sholeh, sehat, pintar, berbakti pada orang tua, berguna bagi bangsa & agama, selalu dalam lindungan Allah SWT. Semoga Bapak dan Bunda senantiasa dimudahkan usahanya oleh Allah SWT ... amien. Begitu banyak doa dari orang – orang yang menyayangi kami dan kami sayangi.

Wassalam,

Tidak ada komentar: