Minggu, 01 Juni 2008

Song on today

Ass.wr.wb,

Pas lagi di warnet, lagunya ini ..lumayan enak di dengar. Iseng browsing liriknya..terlepas itu hiperbolik or not :-) just enjoy ...


Naff - Kaulah Hidup Dan Matiku (from : ViewLyrics.com)

Kaulah darahku juga nadiku
Kaulah nafasku juga jantungku
Engkaulah hatiku dan juga jiwaku

Reff:
Aku mau hidup denganmu
Aku mau matipun karenamu
Aku mau disisa waktuku bersamamu

Kaulah senyumku juga tawaku
Kaulah damaiku juga bahagiaku
Engkaulah teduhku tempatku bernaung

Back to Reff:
Aku mau hidup denganmu
Aku mau matipun karenamu
Aku mau disisa waktuku bersamamu

Kau yang slalu setia menemaniku
Meresapkan harumnya cinta dihatiku
Kau yang menyayangiku setulusnya

Aku mau hidup denganmu
Aku mau hidup denganmu
Aku mau matipun karenamu
Aku mau disisa waktuku bersamamu
Hanya bersamamu

Aku mau hidup denganmu
Aku mau matipun karenamu
Aku mau disisa waktuku bersamamu
Hanya bersamamu

Aku mau hidup denganmu
Aku mau ..
Aku mau matipun karenamu
Aku mau ..

Kaulah hidupku dan juga matiku

Wassalam,

Nice Email from Friend

Ass.wr.wb,

Dapet email bagus dari mbak Diyah ...

Seperti biasa Andrew, Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta
terkemuka di Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak
seperti biasanya, Sarah, putra pertamanya yang baru duduk di kelas
tiga SD membukakan pintu untuknya. Nampaknya ia sudah menunggu cukup lama.


"Kok, belum tidur ?" sapa Andrew sambil mencium anaknya.
Biasanya Sarah memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga
ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari.

Sambil membuntuti sang Papa menuju ruang keluarga, Sarah menjawab,
"Aku nunggu Papa pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Papa ?"
"Lho tumben, kok nanya gaji Papa ? Mau minta uang lagi, ya ?"

"Ah, enggak. Pengen tahu aja" ucap Sarah singkat.
"Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Papa bekerja sekitar 10
jam dan dibayar Rp. 400.000,-. Setiap bulan rata-rata dihitung 22 hari
kerja.

Sabtu dan Minggu libur, kadang Sabtu Papa masih lembur. Jadi, gaji
Papa dalam satu bulan berapa, hayo ?"

Sarah berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar
sementara Papanya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika
Andrew beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Sarah berlari
mengikutinya. "Kalo satu hari Papa dibayar Rp. 400.000,- untuk 10 jam,
berarti satu jam Papa digaji Rp 40.000,- dong" katanya.

"Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, tidur" perintah Andrew
Tetapi Sarah tidak beranjak. Sambil menyaksikan Papanya berganti
pakaian, Sarah kembali bertanya, "Papa, aku boleh pinjam uang Rp 5.000,-
enggak ?"

"Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam
begini ? Papa capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah".

"Tapi Papa..."
Kesabaran Andrew pun habis. "Papa bilang tidur !" hardiknya
mengejutkan Sarah. Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya.

Usai mandi, Andrew nampak menyesali hardiknya. Ia pun menengok Sarah
di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Sarah didapati
sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp. 15.000,- di
tangannya.

Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Andrew berkata,
"Maafkan Papa, Nak, Papa sayang sama Sarah. Tapi buat apa sih minta
uang malam-malam begini ? Kalau mau beli mainan, besok kan bisa.
Jangankan
Rp 5.000,- lebih dari itu pun Papa kasih" jawab Andrew

"Papa, aku enggak minta uang. Aku hanya pinjam. Nanti aku kembalikan
kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini".
"lya, iya, tapi buat apa ?" tanya Andrew lembut.

"Aku menunggu Papa dari jam 8. Aku mau ajak Papa main ular tangga.
Tiga puluh menit aja. Mama sering bilang kalo waktu Papa itu sangat
berharga.

Jadi, aku mau ganti waktu Papa. Aku buka tabunganku, hanya ada Rp.
15.000,- tapi karena Papa bilang satu jam Papa dibayar Rp. 40.000,-
maka setengah jam aku harus ganti Rp. 20.000,-. Tapi duit tabunganku
kurang Rp 5.000, makanya aku mau pinjam dari Papa" kata Sarah polos.

Andrew pun terdiam. ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil
itu erat-erat dengan perasaan haru. Dia baru menyadari, ternyata
limpahan harta yang dia berikan selama ini, tidak cukup untuk
"membeli" kebahagiaan anaknya.

Wassalam,