Sabtu, 03 Mei 2008

Song on today

Main Hati (from : www.gudanglagu.com)

Lirik lagu Andra & The Backbone - Main Hati


Seribu wanita yang pernah singgah
Hanya datang dan pergi dan tak ada hati

Kau pun datang ada yang berbeda
Mengapa begini apa yang terjadi

Tak pernah sebelumnya
Tak pernah ku duga

reff:
Ku akui ku main hati (ku main hati 2x)
Ku tak bisa tuk memungkiri
Ku main hati

Bersamamu ku rasakan
Yang tak pernah kurasakan sebelumnya
Pencarianku berakhir
Karna ku tlah temukan dirimu

repeat reff [2x]

Ku main hati … Ku main hati
Ku main hati … Ku main hati





Nice Email - Cerita Tentang Tukang Ledeng

Ass.wr.wb,

Nice email from Mbak Lena :-)

cerita ttg tukang ledeng

That's So Amazing
Suatu hari bos Mercedez Benz mempunyai masalah dengan kran air dirumahnya.
Kran itu selalu bocor hingga dia kawatir anaknya terpeleset jatuh.

Atas rekomendasi seorang temannya , Mr. Benz menelpon seorang tukang ledeng untuk memperbaiki kran miliknya . Perjanjian perbaikan ditentukan 2 hari kemudian karena si tukang ledeng rupanya cukup sibuk . Si tukang ledeng sama sekali tidak tahu bahwa si penelpon adalah bos pemilik perusahaan mobil terbesar di Jerman .

Satu hari setelah ditelpon Mr.Benz , pak tukang ledeng menghubungi untuk menyampaikan
terima kasih karena sudah bersedia menunggu satu hari lagi . Bos Mercy-pun kagum atas pelayanan dan cara berbicara pak tukang ledeng .

Pada hari yang telah disepakati , si tukang ledeng datang ke rumah Mr.Benz untuk memperbaiki
kran yang bocor . Setelah kutak sanakutak sini , kranpun selesai diperbaiki dan pak tukang ledeng pulang setelah menerima pembayaran atas jasanya .

Sekitar 2 minggu setelah hari itu , si tukang ledeng menghubungi Mr.Benz untuk menanyakan apakah kran yang diperbaiki sudah benar-benar beres atau masih timbul masalah ? Mr.
Benz berpikir pasti orang ini orang hebat walaupun cuma tukang ledeng . Mr. Benz menjawab di telepon bahwa kran dirumahnya sudah benar-benar beres dan mengucapkan terima kasih atas pelayanan pak tukang ledeng ..

Tahukah anda bahwa beberapa bulan kemudian mr. Benz merekrut si tukang ledeng untuk bekerja di perusahaannya ? Ya , namanya Christopher L.Jr . Saat ini beliau adalah General manager Customer Satisfaction and Public Relation di Mercedez Benz !

Jangan lupa dan aplikasikan dalam tingkah laku sehari hari :
1. Masukkan hanya informasi dan nasehat bergizi untuk otak kita . Jangan pernah memberinya sampah .
2. Jangan sampai rasa takut mengalahkan kita . Hadapi dia face to face !
3. Tersenyumlah dengan tulus hingga gigi kita terlihat dan Jadilah orang yang menyenangkan .
4. Selalu tambahkan keju dan pelayanan terbaik walaupun itu tidak diminta

Wassalam,



Nice Email - Stay Hungry - Stay Foolish

Ass.wr.wb,

Nice email to share from my friend (Dek Lia at Panasonic Lighting Indonesia) :


Stay Hungry. Stay Foolish.


Nasehat Steve Jobs: "Kamu Harus Temukan Apa yang Kamu Sukai"

Naskah pidato Steve Jobs, CEO Apple Computer dan Studio Animasi
Pixar, dalam acara pelepasan mahasiswa Stanford, 12 Juni 2005.



”Saya diberi kehormatan untuk bersama kalian di hari pertama di salah
satu universitas terbaik di dunia. Saya tidak pernah lulus kuliah.
Bahkan sesungguhnya inilah saat terdekat saya terlibat dalam upacara
wisuda. hari ini saya ingin berbagi tiga cerita dalam kehidupan saya.
Hanya itu, tidak lebih. Hanya tiga cerita.

Cerita Pertama adalah mengenai rangkaian titik-titik.

Kisahnya dimulai sebelum saya lahir. Ibu kandung saya adalah
mahasiswi belia yang hamil karena "kecelakaan" dan memberikan saya
kepada seseorang untuk diadopsi. Dia bertekad bahwa saya harus
diadopsi oleh keluarga sarjana, maka saya pun diperjanjikan untuk
dipungut anak semenjak lahir oleh seorang pengacara dan istrinya.
Sialnya, begitu saya lahir, tiba-tiba mereka berubah pikiran karena
ingin bayi perempuan. Maka orang tua saya sekarang, yang ada di
daftar urut berikutnya, mendapatkan telepon larut malam dari
seseorang: "kami punya bayi laki-laki yang batal dipungut; apakah
Anda berminat? Mereka menjawab: "Tentu saja." Ibu kandung saya lalu
mengetahui bahwa ibu angkat saya tidak pernah lulus kuliah dan ayah
angkat saya bahkan tidak tamat SMA. Dia menolak menandatangani
perjanjian adopsi. Sikapnya baru melunak beberapa bulan kemudian,
setelah orang tua saya berjanji akan menyekolahkan saya sampai
perguruan tinggi.

Dan, 17 tahun kemudian saya betul-betul kuliah. Namun, dengan naifnya
saya memilih universitas yang hampir sama mahalnya dengan Stanford,
sehingga seluruh tabungan orang tua saya- yang hanya pegawai rendahan
habis untuk biaya kuliah. Setelah enam bulan, saya tidak melihat
manfaatnya. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan dalam hidup
saya dan bagaimana kuliah akan membantu saya menemukannya. Saya sudah
menghabiskan seluruh tabungan yang dikumpulkan orang tua saya seumur
hidup mereka. Maka, saya pun memutuskan berhenti kuliah, yakin bahwa
itu yang terbaik. Saat itu rasanya menakutkan, namun sekarang saya
menganggapnya sebagai keputusan terbaik yang pernah saya ambil.

Begitu DO, saya langsung berhenti mengambil kelas wajib yang tidak
saya minati dan mulai mengikuti perkuliahan yang saya sukai. Masa-
masa itu tidak selalu menyenangkan. Saya tidak punya kamar kos
sehingga menumpang tidur di lantai kamar teman-teman saya. Saya
mengembalikan botol Coca-Cola agar dapat pengembalian 5 sen untuk
membeli makanan. Saya berjalan 7 mil melintasi kota setiap Minggu
malam untuk mendapat makanan enak di biara Hare Krishna. Saya
menikmatinya. Dan banyak yang saya temui saat itu karena mengikuti
rasa ingin tahu dan intuisi, ternyata kemudian sangat berharga. Saya
beri Anda satu contoh: Reed College mungkin waktu itu adalah yang
terbaik di AS dalam hal kaligrafi. Di seluruh penjuru kampus, setiap
poster, label, dan petunjuk ditulis tangan dengan sangat indahnya.
Karena sudah DO, saya tidak harus mengikuti perkuliahan normal. Saya
memutuskan mengikuti kelas kaligrafi guna mempelajarinya. Saya
belajar jenis-jenis huruf serif dan san serif, membuat variasi spasi
antar kombinasi kata dan kiat membuat tipografi yang hebat. Semua itu
merupakan kombinasi cita rasa keindahan, sejarah dan seni yang tidak
dapat ditangkap melalui sains. Sangat menakjubkan.

Saat itu sama sekali tidak terlihat manfaat kaligrafi bagi kehidupan
saya. Namun sepuluh tahun kemudian, ketika kami mendisain komputer
Macintosh yang pertama, ilmu itu sangat bermanfaat. Mac adalah
komputer pertama yang bertipografi cantik. Seandainya saya tidak DO
dan mengambil kelas kaligrafi, Mac tidak akan memiliki sedemikian
banyak huruf yang beragam bentuk dan proporsinya. Dan karena Windows
menjiplak Mac, maka tidak ada PC yang seperti itu. Andaikata saya
tidak DO, saya tidak berkesempatan mengambil kelas kaligrafi, dan PC
tidak memiliki tipografi yang indah. Tentu saja, tidak mungkin
merangkai cerita seperti itu sewaktu saya masih kuliah. Namun,
sepuluh tahun kemudian segala sesuatunya menjadi gamblang.

*Sekali lagi, Anda tidak akan dapat merangkai titik dengan melihat ke
depan; Anda hanya bisa melakukannya dengan merenung ke belakang*.
Jadi, Anda harus percaya bahwa titik-titik Anda bagaimana pun akan
terangkai di masa mendatang. Anda harus percaya dengan intuisi,
takdir, jalan hidup, karma Anda, atau apapun istilah lainnya.
Pendekatan ini efektif dan membuat banyak perbedaan dalam kehidupan
saya.

Cerita Kedua Saya adalah mengenai Cinta dan Kehilangan.

Saya beruntung karena tahu apa yang saya sukai sejak masih muda. Woz
dan saya mengawali Apple di garasi orang tua saya ketika saya berumur
20 tahun. Kami bekerja keras dan dalam 10 tahun Apple berkembang dari
hanya kami berdua menjadi perusahaan 2 milyar dolar dengan 4000
karyawan. Kami baru meluncurkan produk terbaik kami -Macintosh- satu
tahun sebelumnya, dan saya baru menginjak usia 30. Dan saya dipecat.
Bagaimana mungkin Anda dipecat oleh perusahaan yang Anda dirikan?
Yah, itulah yang terjadi. Seiring pertumbuhan Apple, kami merekrut
orang yang saya pikir sangat berkompeten untuk menjalankan perusahaan
bersama saya. Dalam satu tahun pertama,semua berjalan lancar. Namun,
kemudian muncul perbedaan dalam visi kami mengenai masa depan dan
kami sulit disatukan. Komisaris ternyata berpihak padanya.
Demikianlah, di usia 30 saya tertendang. Beritanya ada di mana-mana.
Apa yang menjadi fokus sepanjang masa dewasa saya, tiba-tiba sirna.
Sungguh menyakitkan.

Dalam beberapa bulan kemudian, saya tidak tahu apa yang harus saya
lakukan. Saya merasa telah mengecewakan banyak wirausahawan generasi
sebelumnya, saya gagal mengambil kesempatan. Saya bertemu dengan
David Packard dan Bob Noyce dan meminta maaf atas keterpurukan saya.
Saya menjadi tokoh publik yang gagal, dan bahkan berpikir untuk lari
dari Silicon Valley. Namun, sedikit demi sedikit semangat timbul
kembali, saya masih menyukai pekerjaan saya. Apa yang terjadi di
Apple sedikit
pun tidak mengubah saya. Saya telah ditolak, namun saya tetap cinta.
Maka, saya putuskan untuk mulai lagi dari awal.

Waktu itu saya tidak melihatnya, namun belakangan baru saya sadari
bahwa dipecat dari Apple adalah kejadian terbaik yang menimpa saya.
Beban berat sebagai orang sukses tergantikan oleh keleluasaan sebagai
pemula, segala sesuatunya lebih tidak jelas. Hal itu mengantarkan
saya pada periode paling kreatif dalam hidup saya.

Dalam lima tahun berikutnya, saya mendirikan perusahaan bernama NeXT,
lalu Pixar, dan jatuh cinta dengan wanita istimewa yang kemudian
menjadi istri saya. Pixar bertumbuh menjadi perusahaan yang
menciptakan film animasi komputer pertama, Toy Story, dan sekarang
merupakan studio animasi paling sukses di dunia. Melalui rangkaian
peristiwa yang menakjubkan, Apple membeli NeXT, dan saya kembali lagi
ke Apple, dan teknologi yang kami kembangkan di NeXT menjadi jantung
bagi kebangkitan kembali Apple. Dan, Laurene dan saya memiliki
keluarga yang luar biasa.

Saya yakin takdir di atas tidak terjadi bila saya tidak dipecat dari
Apple. Obatnya memang pahit, namun sebagai pasien saya memerlukannya.
*Kadangkala kehidupan menimpakan batu ke kepala Anda. Jangan
kehilangan kepercayaan. Saya yakin bahwa satu-satunya yang membuat
saya terus berusaha adalah karena saya menyukai apa yang saya
lakukan. Anda harus menemukan apa yang Anda sukai. Itu berlaku baik
untuk pekerjaan maupun pasangan hidup Anda. *Pekerjaan Anda akan
menghabiskan sebagian besar hidup Anda, dan kepuasan sejati hanya
dapat diraih dengan mengerjakan sesuatu yang hebat. Dan Anda hanya
bisa hebat bila mengerjakan apa yang Anda sukai. Bila Anda belum
menemukannya, teruslah mencari. Jangan menyerah. Hati Anda akan
mengatakan bila Anda telah menemukannya. Sebagaimana halnya dengan
hubungan hebat lainnya, semakin lama- semakin mesra Anda dengannya.
Jadi, teruslah mencari sampai ketemu. Jangan berhenti.

Cerita Ketiga Saya adalah mengenai Kematian

Ketika saya berumur 17, saya membaca ungkapan yang kurang lebih
berbunyi: "Bila kamu menjalani hidup seolah-olah hari itu adalah hari
terakhirmu, maka suatu hari kamu akan benar." Ungkapan itu membekas
dalam diri saya, dan semenjak saat itu, selama 33 tahun terakhir,
saya selalu melihat ke cermin setiap pagi dan bertanya kepada diri
sendiri: "Bila ini adalah hari terakhir saya, apakah saya tetap
melakukan apa yang akan saya lakukan hari ini?" Bila jawabannya
selalu "tidak" dalam beberapa hari berturut-turut, saya tahu saya
harus berubah.

Mengingat bahwa saya akan segera mati adalah kiat penting yang saya
temukan untuk membantu membuat keputusan besar. Karena hampir segala
sesuatu-semua harapan eksternal, kebanggaan, takut, malu atau gagal-
tidak lagi bermanfaat saat menghadapi kematian. Hanya yang hakiki
yang tetap ada. Mengingat kematian adalah cara terbaik yang saya tahu
untuk menghindari jebakan berpikir bahwa Anda akan kehilangan
sesuatu. Anda tidak memiliki apa-apa. Sama sekali tidak ada alasan
untuk tidak mengikuti kata hati Anda.

Sekitar setahun yang lalu saya didiagnosis mengidap kanker. Saya
menjalani scan pukul 7:30 pagi dan hasilnya jelas menunjukkan saya
memiliki tumor pankreas. Saya bahkan tidak tahu apa itu pankreas.
Para dokter mengatakan kepada saya bahwa hampir pasti jenisnya adalah
yang tidak dapat diobati. Harapan hidup saya tidak lebih dari 3-6
bulan. Dokter menyarankan saya pulang ke rumah dan membereskan segala
sesuatunya, yang merupakan sinyal dokter agar saya bersiap mati.
Artinya, Anda harus menyampaikan kepada anak Anda dalam beberapa
menit segala hal yang Anda rencanakan dalam sepuluh tahun mendatang.
Artinya, memastikan bahwa segalanya diatur agar mudah bagi keluarga
Anda. Artinya, Anda harus mengucapkan selamat tinggal.

Sepanjang hari itu saya menjalani hidup berdasarkan diagnosis
tersebut. Malam harinya, mereka memasukkan endoskopi ke tenggorokan,
lalu ke perut dan lambung, memasukkan jarum ke pankreas saya dan
mengambil beberapa sel tumor. Saya dibius, namun istri saya, yang ada
di sana, mengatakan bahwa ketika melihat selnya di bawah mikroskop,
para dokter menangis mengetahui bahwa jenisnya adalah kanker pankreas
yang sangat jarang, namun bisa diatasi dengan operasi. Saya dioperasi
dan sehat sampai sekarang.

Itu adalah rekor terdekat saya dengan kematian dan berharap terus
begitu hingga beberapa dekade lagi. Setelah melalui pengalaman
tersebut, sekarang saya bisa katakan dengan yakin kepada Anda bahwa
menurut konsep pikiran, kematian adalah hal yang berguna:

Tidak ada orang yang ingin mati. Bahkan orang yang ingin masuk surga
pun tidak ingin mati dulu untuk mencapainya. Namun, kematian pasti
menghampiri kita. Tidak ada yang bisa mengelak. Dan, memang harus
demikian, karena kematian adalah buah terbaik dari kehidupan.
Kematian membuat hidup berputar. Dengannya maka yang tua menyingkir
untuk digantikan yang muda. Maaf bila terlalu dramatis
menyampaikannya, namun memang begitu.

Waktu Anda terbatas, jadi jangan sia-siakan dengan menjalani hidup
orang lain. Jangan terperangkap dengan dogma-yaitu hidup bersandar
pada hasil pemikiran orang lain. Jangan biarkan omongan orang
menulikan Anda sehingga tidak mendengar kata hati Anda. Dan yang
terpenting, miliki keberanian untuk mengikuti kata hati dan intuisi
Anda, maka Anda pun akan sampai pada apa yang Anda inginkan. Semua
hal lainnya hanya nomor dua.

Ketika saya masih muda, ada satu penerbitan hebat yang bernama "The
Whole Earth Catalog", yang menjadi salah satu buku pintar generasi
saya. Buku itu diciptakan oleh seorang bernama Stewart Brand yang
tinggal tidak jauh dari sini di Menlo Park, dan dia membuatnya
sedemikian menarik dengan sentuhan puitisnya. Waktu itu akhir 1960-
an, sebelum era komputer dan desktop publishing, jadi semuanya dibuat
dengan mesin tik, gunting, dan kamera polaroid. Mungkin seperti
Google dalam bentuk kertas, 35 tahun sebelum kelahiran Google: isinya
padat dengan tips-tips ideal dan ungkapan-ungkapan hebat. Stewart dan
timnya sempat menerbitkan beberapa edisi "The Whole Earth Catalog",
dan ketika mencapai titik ajalnya, mereka membuat edisi terakhir.
Saat itu pertengahan 1970-an dan saya masih seusia Anda. Di sampul
belakang edisi terakhir itu ada satu foto jalan pedesaan di pagi
hari, jenis yang mungkin Anda lalui jika suka bertualang. Di bawahnya
ada kata-kata: "*Stay Hungry. Stay Foolish.*" (Tetaplah Lapar. Selalu
Merasa Bodoh). Itulah pesan perpisahan yang dibubuhi tanda tangan
mereka. Stay Hungry. Stay Foolish. Saya selalu mengharapkan diri saya
begitu. Dan sekarang, karena Anda akan lulus untuk memulai kehidupan
baru, saya harapkan Anda juga begitu.

Stay Hungry. Stay Foolish.
Terima kasih semuanya.

Wassalam,







Cita - Cita

Ass.wr.wb,

Teman saya (mbak Tri) menulis tentang cita-cita di blognya (http://www.she-nawangtri.blogspot.com) membuatku jadi teringat tentang cita-citaku.
Dulu sewaktu masih SD, klo ditanya cita-citanya apa, aku menjawab menjadi Insinyur Pertanian dengan penuh semangat :-). Alasannya sederhana aja, karena waktu masih kecil itu seneng banget klo lihat sawah, tanaman. Ceritanya, dulu waktu bapak masih bekerja. Kantornya terletak di Menanggal Surabaya, kebetulan jalan menuju kantor masih banyak sawah. Kadang-kadang kita diajak mampir ke sawah itu sama bapak, karena di rumah ndak ada sawah makanya seneng banget klo diajak ke sana.


Pada saat semakin besar atau bertambah umurku, aku mulai memikirkan lagi apakah jadi mewujudkan cita-cita tersebut atau tidak. Sewaktu SMU, aku ditanya oleh Ibu, "Kamu pingin meneruskan kuliah ke mana, masih pingin di pertanian?". Aku menjawab, "Iya nich masih pingin", lalu ibuku bertanya lagi,"Iya bagus juga, cuman berarti kamu kuliahnya ndak di surabaya ?". Karena perguruan tinggi negeri dengan jurusan pertanian setahuku di jawa timur ini ada di Universitas Brawijaya - Malang, klo mo lebih jauh lagi di IPB - Bogor...maunya :-). Lalu ibu menyarankan untuk aku memikirkan kembali, karena dengan kuliah di luar kota tentu saja menambah biaya. Karena mesti kost, biaya sehari-hari sedangkan waktu itu bapakku sudah mendekati pensiun. Aku hitung-hitung seandainya aku lancar bisa langsung masuk UMPTN pada tahun itu maka sekitar semester 3 bapakku mulai masuk pensiun.

Mulai ragu-ragu untuk mempertahankan cita-cita tersebut. Lalu aku mulai mencari-cari lagi, bidang studi apa yang bisa aku ambil. Kali ini tidak seidealis ketika masih kecil karena mempertimbangkan berbagai hal. Tante dan omku kebetulan lulusan ITS - Surabaya dengan bidang yang berbeda-beda, mulai neh mereka memperkenalkan jurusan masing - masing supaya bisa diikuti ponakannya ini...he...he...:-)

Akhirnya memutuskan juga untuk mencoba ke-3 jurusan, yaitu : Teknik Kimia (ITS-Surabaya), Statistika (ITS-Surabaya), Ekonomi Pembangunan (UNAIR-Surabaya). Ketiganya ada di surabaya, dan alhamdulillah bisa kuliah di Statistika - ITS, dimana om dan tante belum ada neh yang kuliah di jurusan ini jadi ceritanya menambah list keilmuan di keluarga neh ...he...he...

Setelah itu umur mulai nambah, ketemu banyak orang, mendapat pelajaran dari berbagai macam yang aku temui. Cita-cita jadi bertambah banyak, malah tidak bisa didetail satu persatu...terkesannya maruk gitu :-)

Suatu ketika aku mengikuti outbond, kita diminta mengisikan cita-cita. Akhirnya untuk memudahkan, aku menulis ingin berhasil dunia & akhirat. Menurutku lebih global dan terserah orang mau menafsirkan atau mengartikan seperti apa :-). Sebagian kecil dari cita-citaku saat ini adalah ingin mempunyai usaha sendiri selain mempunyai keluarga yang sakinah, mawaddah, warohmah. Pingin jadi penulis, ha..ha...walaupun masih belum produktif tapi pingin banget bisa menerbitkan sebuah buku. Kenapa ingin menerbitkan sebuah buku, karena menurutku segala sesuatu yang kita alami atau temui itu begitu berharga untuk dilewatkan atau dibiarkan saja. Menulis merupakan salah satu wadah untuk berbagi, ya siapa tahu bisa menjadi masukan atau hikmah bagi diri kita sendiri atau sebuah pengingat ...syukur alhamdulillah klo bisa manfaat untuk orang lain. Sedangkan cita-cita yang lain adalah ingin memiliki tempat olahraga, alasannya sederhana aja karena diriku senang olahraga. Kemudian ingin punya restaurant atau tempat makan sehat, alasannya juga sederhana aja karena makan adalah salah satu hobiku (ha..ha...my husband know this part, also my best friend). Kemudian pingin punya Taman Kanak-Kanak klo bisa yang gratis, alasannya sederhana aja karena aku sangat senang sekali dengan anak-anak. Dan miris juga ketika menemui anak-anak yang masih sangat kecil harus ada di jalanan tanpa memperhatikan jam. Pingin punya tempat handycraft, ini nich yang tak disangka-sangka soalnya aku suka juga dengan kesenian....Terus apa lagi ya, banyak deh klo ditulis semua bisa ndak muat...ha...ha...

Untuk sekarang yang bisa dilakukan, dilakukan saja terlebih dahulu walaupun masih di langit dan belum terwujud...InsyaAllah bisa terlaksana someday ... I don't know just do the best :-)

Cita - cita kamu apa ? :-)

Wassalam,






My Lovely Student

Ass.wr.wb,

Pada saat kuliah aku mempunyai pekerjaan sambilan untuk bantu kebutuhan kuliah yaitu dengan menjadi guru les privat. Les privat ini diberikan ke rumah - rumah yang meminta kita datang. Satu minggu ada 3 kali pertemuan.

Pekerjaan ini menyenangkan karena bisa mengetahui bagaimana pola pemikiran anak-anak dan tingkah laku mereka yang menurutku sangat menarik. Waktu itu aku mempunyai murid adek kakak, laki-laki. Si kakak kelas 4 SD sedangkan si adek kelas 2 SD. Mereka ini pindahan dari Poso - Sulawesi, dari keluarga yang berada. Orang tuanya mempunyai kebun coklat di sana, mereka pindah ke Surabaya karena kondisi di Poso waktu itu kurang baik dan masih banyak kerusuhan. Karena ekonomi mereka bagus maka kepindahan ke Surabaya dengan fasilitas yang lebih dari cukup bukan masalah bagi mereka.


Mereka tinggal di sebuah perumahan di Surabaya, dan tinggal bersama nenek, tante dan sepupu-sepupunya. Sedangkan orang tua mereka ada di Poso, tidak ikut pindah ke Surabaya. Nenek mereka mendidik dengan cara yang sangat keras, begitu pula saudara-saudaranya. Hal ini mungkin karena mereka laki-laki semua. Kegiatan mereka cukup padat untuk pendidikan, pulang sekolah mereka masih harus mengikuti les tambahan lalu dilanjutkan dengan les sempoa (menghitung matematika secara bayangan) lalu les privat denganku. Mereka terhitung sangat sibuk, bahkan aku membayangkannya aja sangat capek dengan aktifitas yang padat dan untuk seumuran mereka.

Mereka ini mempunyai sifat yang beda-beda, bahkan aku belajar dari mereka. Si kakak lebih pendiam, pasif, mudah menerima pendapat orang lain tapi juga pemarah ketika diganggu oleh adeknya, jahil. Si adek lebih agresif, cerdas, jahil dan akalnya banyak. Dan yang luar biasa menurutku mereka sangat tahu sopan santun dan menghargai orang. Kenakalan yang mereka buat merupakan kenakalan anak-anak yang perlu diarahkan saja, bukan yang menjurus ke kriminal.

Ketika pertama kali datang ke sana lumayan surprise. Waktu itu ditemui neneknya, kemudian yang pertama dia ucapkan "Ibu jangan ragu-ragu kalo kasih pelajaran ke mereka, klo mereka bandel pukul aja"... bisikku dalam hati,"Bagaimana mungkin memukul, ndak ikut punya anak ini"...waduh sadis amat ya, ucapku dalam hati. Lalu aku menemui kedua muridku, mereka sangat sopan. Ketika bertemu denganku mereka mempernalkan namanya masing-masing. Mulailah les privat pertemuan yang pertama. Mereka mengikuti pelajaran dengan baik, walaupun aku melihat kadang-kadang mereka tampak bosan dan lelah. Ketika aku melihat seperti ini, aku mencoba untuk mengajak mereka berdiskusi tentang sesuatu plus memberikan mereka waktu break.

Si adek mempunyai karakter cerdas, dia sangat mudah menerima apa yang aku berikan. Tetapi konsekuensi yang lain dia selalu bertanya tentang apapun, dan alasan yang menurut dia masuk akal. Klo belum masuk akal, dia akan mengejar aku dengan berbagai pertanyaan.. Seru klo diskusi dengan si adek. Sang kakak lebih tidak percaya diri walaupun sebenarnya dia juga mempunyai potensi yang bagus, karena hampir semua pertanyaan atau tugas yang aku berikan dia kerjakan dengan baik. Dia merasa minder dengan adeknya karena daya serap dan mengingat adeknya lebih baik daripada sang kakak. Dan ini tanpa disengaja menjadi suatu kompetisi, dan sang kakak merasa kemampuannya dibawah adeknya dan hal ini yang membuat dia pasif. Kebetulan mereka satu kelas di kelas sempoa, ketika aku memberikan soal matematika kepada kakaknya dan karena sang adek mempunyai kemampuan lebih di sempoa akhirnya adeknya yang menjawab walaupun pertanyaan itu untuk kakaknya. Hal ini tidak bisa dihindari karena mereka belajar di tempat yang sama dan jam yang sama. Biasanya kalo sudah seperti ini si kakak bakalan jengkel, mulai deh mereka berantem. Aku mulai memisahkan mereka dan mengajak mereka bicara. Masing-masing boleh berargumen, dan aku mendengarkan. Sudah selesai argumennya, masing-masing aku ingatkan untuk mengendalikan dirinya. Si adek misalnya, sudah mengerti bukan berarti sombong dan merendahkan kakaknya. Dan si Kakak harus lebih giat belajar dan juga tidak perlu merasa rendah diri karena belum mengetahui. Basicly mereka anak yang baik, sehingga tidak sulit untuk memisahkan mereka ketika berantem. Klo mereka tidak bermaafan, salah satu aku minta istirahat dan menenangkan diri. Dan klo sudah tenang dan bisa saling memaafkan maka pelajaran dilanjutkan.

Sesuatu yang sangat berkesan dengan murid-muridku ini adalah, ketika mereka mengingatkan aku untuk sholat maghrib. Karena kebetulan aku dan mereka berbeda kepercayaan maka hal ini yang membuat aku kagum pada mereka. Setiap mereka mendengar adzan maghrib, mereka mengingatkan "Bu, udah waktunya sholat nich". Pernah mereka menanyakan sholat itu apa, untuk apa. Aku jawab selogis mungkin dan mudah diterima oleh anak-anak seusia mereka.

Mereka juga sangat terbuka padaku dengan menceritakan keluarga mereka, dan aku merasa bersyukur karena mereka sangat mempercayai diriku dan menganggap diriku orang yang dekat dengan mereka. Suatu ketika si kakak bercerita padaku, "Bu sebenarnya saya dengan adek itu saudara tiri". Aku cukup terkejut dengan perkataan ini karena kepercayaan mereka untuk menceritakan hal ini dengan orang lain. Lalu aku bertanya,"Oh, ya tapi itu bukan berarti kamu tidak sayang sama adek khan ?" lalu si kakak bilang,"Iya bu, ndak kok, saya sayang sama adek. Ibu saya dengan adek itu berbeda". Lalu aku bertanya, "Ibu kamu dimana ?" dia menjawab,"Saya tidak tahu bu, sudah lama ndak bertemu. Yang jelas nenek saya dulunya berdoanya sama seperti ibu". Maksud si kakak ibunya beragama sama denganku.

Mereka ini sangat merindukan orang tua mereka karena mereka sangat jarang bertemu. Terlebih lagi ketika mereka harus hidup di Surabaya dan orang tuanya tetap di Poso. Mereka juga pernah bercerita klo rumahnya pernah dimasuki orang-orang yang tidak bertanggungjawab dan dirusak, mereka bilang sempat trauma kalo malam hari karena mereka mendengar ibu mereka menjerit-jerit minta tolong. Oleh karena itu untuk menjaga mereka maka orang tuanya memindahkan mereka ke surabaya sedangkan orang tuanya tetap menjalankan bisnis kebun coklatnya di sana.

Mereka juga sering bercerita di sekolah tadi mengalami apa, kalo ada masalah dengan temannya mereka juga bercerita denganku. Aku mulai memahami karena di rumah itu sangat crowded dan sang nenek mungkin sudah lelah sehingga "kurang memperhatikan" mereka bahkan hanya untuk bercerita apa yang terjadi hari ini. Aku mencoba untuk tidak hanya fokus memberikan les privat tetapi juga menjadi teman mereka.

Setiap akan pulang mereka selalu minta waktu 5-10 menit untuk bermain. Aku memperbolehkan saja bahkan aku ikut melakukan permainannya. Menurutku permainannya cukup menghibur dan mendidik, permainannya itu menyebutkan nama (negara, kota, hewan, etc) dari huruf yang ditentukan dari banyaknya jari kita. Jadi misalnya aku menurunkan 1 jari, si kakak 1 jari dan si adek 1 jari maka kita harus menyebutkan nama (negara, kota, hewan, etc) dengan awalan huruf C. Bisa jadi aku kalah lho dengan mereka :-), sungguh menyenangkan setelah selesai belajar karena hal ini cukup membuat kita rileks dan bisa tertawa lepas.

Pada saat pulang mereka selalu mengatakan,"Selamat malam bu, sampai besok...Terima kasih" dan hal ini dilakukan setiap kali aku berpamitan pulang. Aku sangat terkesan untuk pendidikan kesopanan ini, untuk anak seusia mereka bisa jadi hal ini bukan sesuatu yang lazim dilakukan.

Aku memberikan les privat ke mereka sekitar setahun lebih, sampai aku lulus kuliah. Dan harus berhenti karena aku harus bekerja di suatu perusahaan. Aku terigat ketika berpamitan dan tidak bisa melanjutkan les privat seperti biasanya, mereka bertanya " Yaa bu, Ibu mau ke mana?. Nanti yang nemenin kita main siapa bu?" rasanya tidak tega meninggalkan mereka karena mereka anak-anak yang manis. Alhamdulillah selama les mereka mengalami peningkatan di sekolah dan berhasil mendapatkan peringkat kelas. Si kakak masuk 5 besar sedangkan si adek mendapat peringkat 2. Lalu aku menjawab, "Ibu mesti kerja di tempat lain". Kemudian mereka menjawab,"Soalnya ibu sudah selesai ya belajarnya (read : kuliah)" lalu aku menjawab,"Iya nich, kalian belajar yang rajin ya dan mesti saling sayang lho ya". Si kakak bilang,"Iya Bu, ibu juga ya jangan lupa sama kita".

Anak-anak yang manis dan semoga mereka menjadi anak-anak baik yang berhasil. Sebelum berangkat luar kota aku pernah menerima telpon mereka di rumah, mereka ingin say hello dan menanyakan khabarku. Walaupun sekarang sudah tidak pernah bertemu dan pastinya mereka sekarang udah remaja karena itu sekitar 7 tahun yang lalu :-)

Miss you my lovely student...and do you know something, I'm learn from them :-)

Wassalam,



Smile

Ass.wr.wb,

Let's talk about smile atau senyum :-)

Senyum ini sangat dianjurkan karena bisa membawa efek positif ke sekitarnya. Aku pernah mengalami hal yang sederhana ketika masuk SMU. Namanya anak baru pasti yang dicari adalah teman yang sudah dikenal. Ketika aku masuk kelas, tiba - tiba menjadi agak bingung soalnya wajah yang aku temui tidak ada yang aku kenal. Pikiran pertamaku dengan siapa aku harus duduk.


Lalu tiba-tiba aku melihat seorang cewek yang tersenyum padaku dengan tulus, dan tiba-tiba seperti magnet dan menenangkan hati seketika itu aku memutuskan untuk duduk dengannya walaupun aku belum mengenal dia. Ssstttt jangan pikiran yang bukan-bukan, aku tetaplah cewek normal. Artinya bukan karena kekaguman fisik melainkan sebuah kesejukan dan kenyamanan sehingga memutuskan untuk berani duduk dan menjadi teman sebangkunya. Dan memang betul, dia seorang teman yang baik, tulus dan menjadi salah satu sahabat selama aku di SMU.
Dari sebuah kesederhanaan diatas aku sudah bisa mendapati betapa senyum itu seperti sesuatu yang menyejukkan.

Suatu ketika aku pergi ke sebuah toko perlengkapan bayi, toko ini lumayan terkenal dan banyak pengunjungnya karena mereka menjual produk dengan harga yang kompetitif dan lumayan komplit. Hampir setiap kali ke sana selalu rame pengunjung. Ketika aku menuju kasir, aku terusik dengan sebuah buku yang terletak di dekat kasir. Cover buku itu beruliskan "saran dan kritik", tiba-tiba aku tertarik ingin mengetahui isi buku itu. Di halaman pertama tertulis sebuah informasi bahwa setiap pengunjung bebas untuk menuliskan saran dan kritik untuk toko tersebut demi kemajuan toko tersebut tentunya..Ehmm sesuatu yang menarik bisikku. Lalu aku terusik ingin membuka halaman selanjutnya untuk mengetahui apakah buku ini ada yang mengisi, karena memang buku ini hanya diletakkan begitu saja dan agak berbeda. Karena biasanya orang menulis saran dan kritik yang dimasukkan ke sebuah kotak sedangkan toko ini menggunakan buku tulis dimana setiap pengunjung bisa membaca saran dan kritik yang di sampaikan. Dan ternyata cukup banyak yang menulis di buku tersebut untuk memberikan saran dan kritik. Aku mulai membaca satu persatu sambil menunggu antrian di kasir. Dan yang cukup menarik adalah banyak yang menuliskan bahwa karyawan di toko tersebut yang rata-rata perempuan kurang bisa tersenyum, kurang ramah. Kritik ini lumayan banyak ditulis di buku tersebut. Lalu aku mulai iseng memperhatikan karyawan yang ada di situ, dan memang benar hampir seluruh karyawan di toko tersebut tidak ada yang tersenyum atau menyapa pengunjung dengan ramah. Tiba-tiba yang terasa adalah sebuah proses jual beli yang ...apa ya, susah mencari kata-kata yang tepat.

Bahkan ketika ada pengunjung yang bertanya tentang sesuatu kepada pegawai toko tersebut, hanya dijawab dengan singkat dan dengan wajah yang muram. Aku bisa memahami situasi yang banyak pengunjung mereka harus bekerja serius tetapi apa iya harus dengan ketus dan dingin. Menurutku malah membuat semakin capek. Atau memang mereka harus selalu tampak "serius", tetapi mengingat saran dan kritik yang ada mestinya bukan hanya sekedar tulisan tanpa follow up. Tetapi entahlah, mungkin hal ini masih merupakan sesuatu yang tidak penting mengingat tingkat penjualan mereka yang tetap berjalan dengan baik...

Temanku pernah berbagi cerita denganku, suatu ketika dia pergi ke sebuah outlet pakaian di pusat perbelanjaan dimana outlet itu menjual barang - barang dengan harga yang cukup mahal. Temanku ini pergi dengan calon mertua, calon suami dan kakak dari calon suaminya. Kebetulan mertuanya ini adalah orang yang berada, jadi dengan masuk ke outlet ini memang ingin membeli sesuatu. Walaupun orang berada si ibu (red : calon mertua) ini berpenampilan sangat sederhana. Ketika mereka masuk ke outlet tersebut, mereka menjumpai beberapa SPG yang sedang berjaga. Dan para SPG tersebut nampak tidak begitu ramah ketika teman saya dan "rombongannya" datang. Tetapi mereka tetap memutuskan untuk masuk ke outlet tersebut. Ketika menjumpai salah satu barang yang menarik hati si Ibu mulai bertanya -tanya tentang harga dari barang itu. Kebetulan barang yang ibu sukai tidak nampak info harga. Tanpa diduga si SPG menjawab, "Ibu kalo barang yang ini mahal bu, ehmm lebih baik ibu pilih yang lain". Suatu ungkapan yang sebaiknya tidak diungkapkan terhadap customer, apapun dan siapapun customernya. Temanku terkejut melihat ekspresi dan jawaban dari SPG. Lalu kakak dari calon suami temenku langsung menjawab spontan ketika si ibu mendapat "response dari spg", "Mbak, yang sopan ya. Ibu saya ini mau beli bukan minta, seandainya toko ini sama kamu saya beli, saya bisa juga"....wouwww reaksi yang heboh juga. Disini akhirnya kita bisa tau bagaimana pentingnya sebuah penghargaan ke orang lain. Kebetulan untuk kejadian ini adalah antara customer dan penjual. Dan bisa ditebak endingnya, outlet tersebut kehilangan seorang yang pembeli dan bisa jadi banyak pembeli hanya karena ketidakramahan dan kurang positifnya seorang penjual ke pembelinya.

Berlawanan dengan temanku, aku mengalami perlakuan yang baik dari sebuah departement store yang ternama dan lumayan exclusive barang yang dijual. Walaupun masih belum kebeli barangnya, aku ke sana juga cuman ingin tahu brand terkenal itu masuk indonesia bisa yang sampai berapa pricenya. SPG yang berada di tempat tersebut tidak berlebihan ramahnya atau yang terlalu annoying (soalnya yang berlebihan juga suka bikin ndak nyaman customer) tetapi mereka bisa membuat customernya nyaman. Jadi walaupun diriku tampil biasa-biasa saja mereka bisa menghargai aku sama seperti pengunjung yang tampilannya jetzet ala selebriti (he..he...kok diriku yang hiperbolik). Ketika aku melangkah ke sebuah pajangan barang-barang, mereka tersenyum dan bertanya padaku, "ada yang bisa dibantu mbak?" lalu ketika aku menjawab,"masih ingin melihat-lihat mbak" mereka memberikan space diriku untuk melakukan proses "melihat-lihat" tersebut. Dan itu cukup nyaman buatku, yang membuat aku pergi dari situ hanya ngeri melihat harga yang wooowww expensive dan memutuskan untuk melihat outlet yang sesuai budget :-)

Aku pernah mengalami di tempat kerjaku. Namanya bekerja pasti ada masanya sibuk buanget, ada problem, dikejar deadline. Dengan beberapa problem ini bisa jadi orang itu bete, males, dan keliatan jutek...istilahnya negatif aja isinya. Aku bekerja satu team di purchasing department. Suatu ketika temen-temen mengalami problem, tight schedule karena problem di awal season dimana mulai produksi sesuatu yang baru, masih banyak development sehingga schedule-schedule sangat tight. Hampir semua wajah teman-teman nampak sumpek bin bete. Ehmmm ini tidak bagus buat kesehatan ...lho maksudku tidak bagus buat kita semua. Kemudian aku senyum ke salah satu temenku, sambil mencoba menanyakan khabar anaknya. Aku tidak tahu apakah cara ini cukup manjur mencairkan suasana or malah bikin suasana malah tidak menyenangkan. Tapi tetap aku lakukan, spontan aja waktu itu.

Alhamdulillah temanku menanggapi pertanyaannku dengan semangat, dan mulai menceritakan perkembangan anak-anaknya :-)...lalu temanku bertanya padaku,"Win kamu ini kok senyum aja, ketawa aja" (maksudnya bukan ketawa tanpa sebab lho,,,wah klo ketawa sendiri bisa berabe). Aku menjawab,"Pak, kita semua sudah punya problem masing-masing, masak iya saya mau menambah problem dengan menampakkan wajah muram ke orang lain." Temanku menjawab,"Iya juga ya win". Aku jawab lagi,"Iya pak, kita mesti membagi hal2 positif aja ke orang. Ini menurut sebuah ulasan yang pernah saya baca." Jadi yang namanya senyum ini luar biasa lho, malah menurut penelitian ini bisa menyehatkan kita. Sederhana saja sebenarnya, apa iya klo kita muram terus bete masalah jadi hilang and clear, ndak juga kan. Justru klo kita bisa menimbulkan semangat di diri kita, InsyaAllah kita bisa menyelesaikan masalah yang kita hadapi. Hal-hal ini aku pernah baca di sebuah ulasan psikologi di internet, detailnya ndak seberapa hafal cuman secara garis besar seperti itu :-)

Untuk saat ini misalnya, aku sendiri mengalami ini. Contoh sederhana, berhubung diriku sudah menikah dan saat ini alhamdulillah aku dan suami diberikan rejeki untuk tinggal di rumah kami sendiri. Saat ini kita belum punya momongan , jadinya di rumah cuman ada kita berdua. Dan tahu ndak salah satu hal yang melegakan diriku adalah ketika aku mendapati suamiku tersenyum dengan tulus padaku. Ketika aku pulang kerja mendapati suamiku tersenyum padaku, rasa penat yang ada itu hilang (ini bukan hiperbolik tapi ini yang aku rasakan). Apalagi kalo lagi di rumah, tertawa, berbagi cerita ...huahhhh ini sudah merupakan massage untuk tubuh seperti abis spa, dan ini yang fungsinya sudah seperti dopping buatku dan membuatku untuk selalu semangat menjalani hidup dan melaksanakan amanah yang aku terima :-D

So, why you don't share your smile to the world :-)

Wassalam,

Positif atau Negatif

Ass.wr.wb,

Aku pernah membaca ulasan psikologi tentang bagaimana seseorang seringkali berkata negatif terhadap diri sendiri bahkan ke lingkungan dan jarang sekali menggunakan kata-kata positif dalam 1 hari. Bahkan dalam ulasan tersebut disebutkan berapa persen seseorang dalam 1 hari berkata negatif. Kadang-kadang kita tidak menyadari bahwa yang kita ucapkan itu suatu yang negatif. Contoh sederhana kata-kata tersebut adalah : aku tidak bisa, ini salah, tidak enak. Bahkan kata-kata keluhan yang mungkin tidak kita sadari keluar dari ucapan kita. Menurut ulasan tersebut setiap kata negatif yang kita keluarkan tidak hanya berpengaruh pada diri kita sendiri tetapi juga lingkungan di sekitar kita apalagi klo kata-kata negatif tersebut diperuntukkan untuk orang lain.


Bahkan ada sebuah informasi yang pernah aku baca tentang molekul air. Pasti banyak yang sudah tahu karena artikel ini sudah banyak di publikasikan. Molekul di dalam air akan menampakkan ekspresi yang berbeda - beda ketika kita berkata di dekatnya. Apabila kita marah atau mengungkapkan kata-kata yang kasar maka molekul akan nampak bentuk yang tidak bagus, runcing-runcing dan tidak indah. Sedangkan apabila kita mengungkapkan kata-kata yang baik atau doa maka molekul yang terbentuk sangat indah. Bayangkan, air aja bisa mengungkapkan ekspresinya seperti itu apalagi makhluk hidup seperti manusia ini...

Kita lanjutkan tentang kata-kata negatif. Sejak itu aku mulai memperhatikan dan melihat pola bicara orang...ha..ha..mulai usilnya :-)
Di tempat kerja misalnya, aku pernah mendengar beberapa orang yang berkeluh kesah. Mungkin karena dia cukup lelah dengan yang dia alami dalam tempat kerjanya. Temanku tersebut merasa pekerjaan yang sekarang sangat tidak memuaskan, sudah sibuk tapi tidak diimbangi dengan pendapatan seperti yang dia inginkan. Dia merasa menjadi orang yang menderita, terperosok dalam pekerjaan ini. Ingin meninggalkan hanya saja masih belum mendapat kesempatan di tempat lain.

Semula aku mendengar kata-katanya hanya lewat begitu saja, tetapi kemudian aku merasa sesak. Untuk sesaat aku merasa masuk ke dalam perkataan temanku tersebut. Apa iya seperti ini, aku yakin dalam bekerja atau melakukan sesuatu dengan membawa beban dan pikiran seperti itu juga pasti tidak akan nyaman. Yang ada hanya suatu penyesalan dan sebuah beban, sedangkan kita mencari rejekinya masih di tempat tersebut. Memang tergantung pada diri kita juga, mau menjadikan hal yang negatif itu sebagai pemicu untuk lebih baik atau malah ikut terbawa menjadi semakin negatif dan tidak bagus hasilnya. Cepat-cepat aku berhenti memikirkan perkataan temanku dan aku memilih untuk membawa pemikiran temanku itu untuk menjadi lebih baik atau sebagi penyemangat bagiku bukan ikut arus ke sebuah "penderitaan ala pemikiran negatif". Seandainya kita tidak puas dengan sesuatu, lakukan sesuatu. Bukan dengan berpikir kita sangat menderita dengan keadaan ini....weee "ndak bagus nich", bisikku.

Aku lebih memilih untuk menjadikan itu sebagi pemicu..."Hai, aku bukan menderita saat ini. Tapi aku harus berjuang lagi untuk lebih baik". Bandingkan dengan perkataan ini, "Pekerjaan ndak ada berhentinya, dapetnya juga ndak seberapa"....pilih yang mana ?

Ah, lalu aku teringat. Bahkan dalam kepercayaanku disebutkan di Al-Qur'an, bahwa Allah SWT ingin kita untuk berbaik sangka terhadap-Nya dan selalu berusaha. So, mau dijadikan pemicu ke arah lebih baik atau ke arah yang tidak lebih baik....Aku memilih untuk dijadikan pemicu ke arah yang lebih baik :-)

Tapi aku benar-benar sedikit terganggu ketika mendapati orang yang tidak bersemangat, penuh dengan keluhan. Lebih seperti penyakit menular kalo bahasa ekstrimnya...Aku pernah melihat seorang ulama di TV berkata, "tutur kata seseorang itu menujukkan bagaimana dia diperlakukan oleh lingkungan atau orang lain dan sebenarnya itu merupakan refleksi dari diri sendiri".

Menurut ulasan psikologi yang aku baca mengenai topik ini. Hal ini sangat berpengaruh terhadap anak-anak, karena mereka masih dalam proses pertumbuhan. Misalnya seorang anak menggambar sesuatu dengan kurang tepat. Sebagai orang dewasa sebaiknya tidak berkata,"ini kurang bener" tetapi lebih mengajak anak tersebut untuk berpikir ke arah yang benar, contoh sederhananya,"klo bentuk yang ini di buat seperti ini, bagaimana ?" sehingga tidak ada bentuk judgement yang dilakukan itu salah, tetapi lebih mengarahkan ke sesuatu yang benar.

Positif bukan berarti hanya mengungkapkan yang baik, sebuah kritikan pun bisa diungkapkan dengan kata-kata yang positif. Dan InsyaAllah hasilnya juga lebih baik :-)

Let's start from ourself :-)

Wassalam,




Ingin Bukan Hanya Sekedar Kewajiban

Ass.wr.wb,

Sewaktu masih SMU aku sering diingatkan oleh salah satu sahabatku untuk sholat. Dan itu dilakukan oleh sahabatku hampir setiap hari pada saat istirahat siang, karena bersamaan dengan waktunya sholat dhuhur. Biasanya dia mengingatkan, "Ayo win sholat" tanpa nada memaksa dan sambil tersenyum. Lalu biasanya aku bilang,"Iya". Iya disini bukan berarti iya karena tidak aku follow up alias tidak melaksanakan ajakan temanku tersebut. Berganti hari temanku tidak pernah absent mengingatkan untuk sholat, dan aku selalu menjawab iya tanpa pelaksanaan.


Suatu ketika temanku yang lain dan kebetulan satu club denganku, maksudnya "selalu menjawab iya tapi tidak melaksanakan" berkata padaku, "Win, malu juga ya udah waktunya sholat kok kita malah nongkrong aja ndak sholat". Aku cuman terdiam sambil memikirkan perkataan temanku itu. Lalu pada saat pulang aku bilang ke temanku, "Besok bawa rukuh yuk, kita sholat" dan temanku setuju denganku.

Keesokan harinya pada saat istirahat, kembali temanku mengajak sholat dan aku mengiyakan. Dia tersenyum padaku dan mengajakku mengambil air wudhu. Ketika aku masuk ke mushola, tidak disangka teman-teman cowok yang kebetulan satu kelas seperti layaknya paduan suara mereka bertanya dengan nada keheranan padaku, "Win, dalam rangka apa nich kok sholat ?". Aku cuman tersenyum tanpa memberikan jawaban dan langsung masuk ke mushola. Aku keluar dari musholapun mereka mengomentari diriku, dan aku tetap tersenyum saja. Ternyata teman-teman saling memperhatikan juga ya, cuman beda-beda ekspresinya. Hari berganti dan aku mulai melakukan sholat 5 waktu dan berusaha untuk bisa memenuhinya.

Tiba-tiba aku merasa bukan sekedar wajib yang ada di dalamnya, tetapi karena aku memang membutuhkannya. Maka dalam melaksanakannyapun bukan lagi karena kewajiban tetapi karena aku ingin. Aku mulai memahami arti berkomunikasi dengan yang mempunyai hidupku walaupun itu masih sesuatu yang sangat dangkal. Alhamdulillah aku belajar disini, dan InsyaAllah selalu dijagakan.

Seorang teman pernah berkata padaku, "kita diberikan kehidupan dan kenikmatan yang luar biasa tapi untuk menyisihkan waktu untuk bersyukur dan memohon ampunan kok sulit, malu ah sama Allah SWT." Dan memang benar adanya, setelah aku pahami. Yang terjadi sebenarnya bukan karena kita malu dengan sesama, walaupun aku melakukan pada awalnya karena malu dengan temanku tetapi yang lebih besar lagi adalah karena aku malu dengan yang mempunyai hidupku dan betapa kita sangat kecil dibandingkan kebesaran Allah SWT.

Lalu ada kejadian lain lagi. Ketika pulang kerja, aku naik becak seperti biasanya untuk menuju ke rumah. Dan seperti biasanya klo belum sempat belanja di hari Minggu aku selalu mampir ke sebuah toko yang menjual bahan-bahan sayur mayur dan lauk pauk. Lalu tukang becak tersebut berkata, "Wah mbak selalu masak ya, apa ndak capek abis pulang kerja masih masak lagi" lalu aku menjawab, "Alhamdulillah, ndak capek pak. Khan masak untuk suami saya, saya senang pak". Kemudian tukang becak tersebut menjawab lagi, "Oh, iya ya mbak bener juga". Banyak kejadian, seperti seorang ibu yang ikhlas mengasuh anaknya, memberikan asi kepada anaknya. Aku yakin itu juga bukan hanya sebuah kewajiban tetapi sebuah keinginan.

Tentunya masih banyak kejadian yang bisa menggambarkan hal ini ;-)

Maaf klo ada kata-kata yang kurang tepat...hanya ingin share apa yang saya rasakan :-)

Wassalam,