Sabtu, 03 Mei 2008

Smile

Ass.wr.wb,

Let's talk about smile atau senyum :-)

Senyum ini sangat dianjurkan karena bisa membawa efek positif ke sekitarnya. Aku pernah mengalami hal yang sederhana ketika masuk SMU. Namanya anak baru pasti yang dicari adalah teman yang sudah dikenal. Ketika aku masuk kelas, tiba - tiba menjadi agak bingung soalnya wajah yang aku temui tidak ada yang aku kenal. Pikiran pertamaku dengan siapa aku harus duduk.


Lalu tiba-tiba aku melihat seorang cewek yang tersenyum padaku dengan tulus, dan tiba-tiba seperti magnet dan menenangkan hati seketika itu aku memutuskan untuk duduk dengannya walaupun aku belum mengenal dia. Ssstttt jangan pikiran yang bukan-bukan, aku tetaplah cewek normal. Artinya bukan karena kekaguman fisik melainkan sebuah kesejukan dan kenyamanan sehingga memutuskan untuk berani duduk dan menjadi teman sebangkunya. Dan memang betul, dia seorang teman yang baik, tulus dan menjadi salah satu sahabat selama aku di SMU.
Dari sebuah kesederhanaan diatas aku sudah bisa mendapati betapa senyum itu seperti sesuatu yang menyejukkan.

Suatu ketika aku pergi ke sebuah toko perlengkapan bayi, toko ini lumayan terkenal dan banyak pengunjungnya karena mereka menjual produk dengan harga yang kompetitif dan lumayan komplit. Hampir setiap kali ke sana selalu rame pengunjung. Ketika aku menuju kasir, aku terusik dengan sebuah buku yang terletak di dekat kasir. Cover buku itu beruliskan "saran dan kritik", tiba-tiba aku tertarik ingin mengetahui isi buku itu. Di halaman pertama tertulis sebuah informasi bahwa setiap pengunjung bebas untuk menuliskan saran dan kritik untuk toko tersebut demi kemajuan toko tersebut tentunya..Ehmm sesuatu yang menarik bisikku. Lalu aku terusik ingin membuka halaman selanjutnya untuk mengetahui apakah buku ini ada yang mengisi, karena memang buku ini hanya diletakkan begitu saja dan agak berbeda. Karena biasanya orang menulis saran dan kritik yang dimasukkan ke sebuah kotak sedangkan toko ini menggunakan buku tulis dimana setiap pengunjung bisa membaca saran dan kritik yang di sampaikan. Dan ternyata cukup banyak yang menulis di buku tersebut untuk memberikan saran dan kritik. Aku mulai membaca satu persatu sambil menunggu antrian di kasir. Dan yang cukup menarik adalah banyak yang menuliskan bahwa karyawan di toko tersebut yang rata-rata perempuan kurang bisa tersenyum, kurang ramah. Kritik ini lumayan banyak ditulis di buku tersebut. Lalu aku mulai iseng memperhatikan karyawan yang ada di situ, dan memang benar hampir seluruh karyawan di toko tersebut tidak ada yang tersenyum atau menyapa pengunjung dengan ramah. Tiba-tiba yang terasa adalah sebuah proses jual beli yang ...apa ya, susah mencari kata-kata yang tepat.

Bahkan ketika ada pengunjung yang bertanya tentang sesuatu kepada pegawai toko tersebut, hanya dijawab dengan singkat dan dengan wajah yang muram. Aku bisa memahami situasi yang banyak pengunjung mereka harus bekerja serius tetapi apa iya harus dengan ketus dan dingin. Menurutku malah membuat semakin capek. Atau memang mereka harus selalu tampak "serius", tetapi mengingat saran dan kritik yang ada mestinya bukan hanya sekedar tulisan tanpa follow up. Tetapi entahlah, mungkin hal ini masih merupakan sesuatu yang tidak penting mengingat tingkat penjualan mereka yang tetap berjalan dengan baik...

Temanku pernah berbagi cerita denganku, suatu ketika dia pergi ke sebuah outlet pakaian di pusat perbelanjaan dimana outlet itu menjual barang - barang dengan harga yang cukup mahal. Temanku ini pergi dengan calon mertua, calon suami dan kakak dari calon suaminya. Kebetulan mertuanya ini adalah orang yang berada, jadi dengan masuk ke outlet ini memang ingin membeli sesuatu. Walaupun orang berada si ibu (red : calon mertua) ini berpenampilan sangat sederhana. Ketika mereka masuk ke outlet tersebut, mereka menjumpai beberapa SPG yang sedang berjaga. Dan para SPG tersebut nampak tidak begitu ramah ketika teman saya dan "rombongannya" datang. Tetapi mereka tetap memutuskan untuk masuk ke outlet tersebut. Ketika menjumpai salah satu barang yang menarik hati si Ibu mulai bertanya -tanya tentang harga dari barang itu. Kebetulan barang yang ibu sukai tidak nampak info harga. Tanpa diduga si SPG menjawab, "Ibu kalo barang yang ini mahal bu, ehmm lebih baik ibu pilih yang lain". Suatu ungkapan yang sebaiknya tidak diungkapkan terhadap customer, apapun dan siapapun customernya. Temanku terkejut melihat ekspresi dan jawaban dari SPG. Lalu kakak dari calon suami temenku langsung menjawab spontan ketika si ibu mendapat "response dari spg", "Mbak, yang sopan ya. Ibu saya ini mau beli bukan minta, seandainya toko ini sama kamu saya beli, saya bisa juga"....wouwww reaksi yang heboh juga. Disini akhirnya kita bisa tau bagaimana pentingnya sebuah penghargaan ke orang lain. Kebetulan untuk kejadian ini adalah antara customer dan penjual. Dan bisa ditebak endingnya, outlet tersebut kehilangan seorang yang pembeli dan bisa jadi banyak pembeli hanya karena ketidakramahan dan kurang positifnya seorang penjual ke pembelinya.

Berlawanan dengan temanku, aku mengalami perlakuan yang baik dari sebuah departement store yang ternama dan lumayan exclusive barang yang dijual. Walaupun masih belum kebeli barangnya, aku ke sana juga cuman ingin tahu brand terkenal itu masuk indonesia bisa yang sampai berapa pricenya. SPG yang berada di tempat tersebut tidak berlebihan ramahnya atau yang terlalu annoying (soalnya yang berlebihan juga suka bikin ndak nyaman customer) tetapi mereka bisa membuat customernya nyaman. Jadi walaupun diriku tampil biasa-biasa saja mereka bisa menghargai aku sama seperti pengunjung yang tampilannya jetzet ala selebriti (he..he...kok diriku yang hiperbolik). Ketika aku melangkah ke sebuah pajangan barang-barang, mereka tersenyum dan bertanya padaku, "ada yang bisa dibantu mbak?" lalu ketika aku menjawab,"masih ingin melihat-lihat mbak" mereka memberikan space diriku untuk melakukan proses "melihat-lihat" tersebut. Dan itu cukup nyaman buatku, yang membuat aku pergi dari situ hanya ngeri melihat harga yang wooowww expensive dan memutuskan untuk melihat outlet yang sesuai budget :-)

Aku pernah mengalami di tempat kerjaku. Namanya bekerja pasti ada masanya sibuk buanget, ada problem, dikejar deadline. Dengan beberapa problem ini bisa jadi orang itu bete, males, dan keliatan jutek...istilahnya negatif aja isinya. Aku bekerja satu team di purchasing department. Suatu ketika temen-temen mengalami problem, tight schedule karena problem di awal season dimana mulai produksi sesuatu yang baru, masih banyak development sehingga schedule-schedule sangat tight. Hampir semua wajah teman-teman nampak sumpek bin bete. Ehmmm ini tidak bagus buat kesehatan ...lho maksudku tidak bagus buat kita semua. Kemudian aku senyum ke salah satu temenku, sambil mencoba menanyakan khabar anaknya. Aku tidak tahu apakah cara ini cukup manjur mencairkan suasana or malah bikin suasana malah tidak menyenangkan. Tapi tetap aku lakukan, spontan aja waktu itu.

Alhamdulillah temanku menanggapi pertanyaannku dengan semangat, dan mulai menceritakan perkembangan anak-anaknya :-)...lalu temanku bertanya padaku,"Win kamu ini kok senyum aja, ketawa aja" (maksudnya bukan ketawa tanpa sebab lho,,,wah klo ketawa sendiri bisa berabe). Aku menjawab,"Pak, kita semua sudah punya problem masing-masing, masak iya saya mau menambah problem dengan menampakkan wajah muram ke orang lain." Temanku menjawab,"Iya juga ya win". Aku jawab lagi,"Iya pak, kita mesti membagi hal2 positif aja ke orang. Ini menurut sebuah ulasan yang pernah saya baca." Jadi yang namanya senyum ini luar biasa lho, malah menurut penelitian ini bisa menyehatkan kita. Sederhana saja sebenarnya, apa iya klo kita muram terus bete masalah jadi hilang and clear, ndak juga kan. Justru klo kita bisa menimbulkan semangat di diri kita, InsyaAllah kita bisa menyelesaikan masalah yang kita hadapi. Hal-hal ini aku pernah baca di sebuah ulasan psikologi di internet, detailnya ndak seberapa hafal cuman secara garis besar seperti itu :-)

Untuk saat ini misalnya, aku sendiri mengalami ini. Contoh sederhana, berhubung diriku sudah menikah dan saat ini alhamdulillah aku dan suami diberikan rejeki untuk tinggal di rumah kami sendiri. Saat ini kita belum punya momongan , jadinya di rumah cuman ada kita berdua. Dan tahu ndak salah satu hal yang melegakan diriku adalah ketika aku mendapati suamiku tersenyum dengan tulus padaku. Ketika aku pulang kerja mendapati suamiku tersenyum padaku, rasa penat yang ada itu hilang (ini bukan hiperbolik tapi ini yang aku rasakan). Apalagi kalo lagi di rumah, tertawa, berbagi cerita ...huahhhh ini sudah merupakan massage untuk tubuh seperti abis spa, dan ini yang fungsinya sudah seperti dopping buatku dan membuatku untuk selalu semangat menjalani hidup dan melaksanakan amanah yang aku terima :-D

So, why you don't share your smile to the world :-)

Wassalam,

Tidak ada komentar: