Sabtu, 03 Mei 2008

My Lovely Student

Ass.wr.wb,

Pada saat kuliah aku mempunyai pekerjaan sambilan untuk bantu kebutuhan kuliah yaitu dengan menjadi guru les privat. Les privat ini diberikan ke rumah - rumah yang meminta kita datang. Satu minggu ada 3 kali pertemuan.

Pekerjaan ini menyenangkan karena bisa mengetahui bagaimana pola pemikiran anak-anak dan tingkah laku mereka yang menurutku sangat menarik. Waktu itu aku mempunyai murid adek kakak, laki-laki. Si kakak kelas 4 SD sedangkan si adek kelas 2 SD. Mereka ini pindahan dari Poso - Sulawesi, dari keluarga yang berada. Orang tuanya mempunyai kebun coklat di sana, mereka pindah ke Surabaya karena kondisi di Poso waktu itu kurang baik dan masih banyak kerusuhan. Karena ekonomi mereka bagus maka kepindahan ke Surabaya dengan fasilitas yang lebih dari cukup bukan masalah bagi mereka.


Mereka tinggal di sebuah perumahan di Surabaya, dan tinggal bersama nenek, tante dan sepupu-sepupunya. Sedangkan orang tua mereka ada di Poso, tidak ikut pindah ke Surabaya. Nenek mereka mendidik dengan cara yang sangat keras, begitu pula saudara-saudaranya. Hal ini mungkin karena mereka laki-laki semua. Kegiatan mereka cukup padat untuk pendidikan, pulang sekolah mereka masih harus mengikuti les tambahan lalu dilanjutkan dengan les sempoa (menghitung matematika secara bayangan) lalu les privat denganku. Mereka terhitung sangat sibuk, bahkan aku membayangkannya aja sangat capek dengan aktifitas yang padat dan untuk seumuran mereka.

Mereka ini mempunyai sifat yang beda-beda, bahkan aku belajar dari mereka. Si kakak lebih pendiam, pasif, mudah menerima pendapat orang lain tapi juga pemarah ketika diganggu oleh adeknya, jahil. Si adek lebih agresif, cerdas, jahil dan akalnya banyak. Dan yang luar biasa menurutku mereka sangat tahu sopan santun dan menghargai orang. Kenakalan yang mereka buat merupakan kenakalan anak-anak yang perlu diarahkan saja, bukan yang menjurus ke kriminal.

Ketika pertama kali datang ke sana lumayan surprise. Waktu itu ditemui neneknya, kemudian yang pertama dia ucapkan "Ibu jangan ragu-ragu kalo kasih pelajaran ke mereka, klo mereka bandel pukul aja"... bisikku dalam hati,"Bagaimana mungkin memukul, ndak ikut punya anak ini"...waduh sadis amat ya, ucapku dalam hati. Lalu aku menemui kedua muridku, mereka sangat sopan. Ketika bertemu denganku mereka mempernalkan namanya masing-masing. Mulailah les privat pertemuan yang pertama. Mereka mengikuti pelajaran dengan baik, walaupun aku melihat kadang-kadang mereka tampak bosan dan lelah. Ketika aku melihat seperti ini, aku mencoba untuk mengajak mereka berdiskusi tentang sesuatu plus memberikan mereka waktu break.

Si adek mempunyai karakter cerdas, dia sangat mudah menerima apa yang aku berikan. Tetapi konsekuensi yang lain dia selalu bertanya tentang apapun, dan alasan yang menurut dia masuk akal. Klo belum masuk akal, dia akan mengejar aku dengan berbagai pertanyaan.. Seru klo diskusi dengan si adek. Sang kakak lebih tidak percaya diri walaupun sebenarnya dia juga mempunyai potensi yang bagus, karena hampir semua pertanyaan atau tugas yang aku berikan dia kerjakan dengan baik. Dia merasa minder dengan adeknya karena daya serap dan mengingat adeknya lebih baik daripada sang kakak. Dan ini tanpa disengaja menjadi suatu kompetisi, dan sang kakak merasa kemampuannya dibawah adeknya dan hal ini yang membuat dia pasif. Kebetulan mereka satu kelas di kelas sempoa, ketika aku memberikan soal matematika kepada kakaknya dan karena sang adek mempunyai kemampuan lebih di sempoa akhirnya adeknya yang menjawab walaupun pertanyaan itu untuk kakaknya. Hal ini tidak bisa dihindari karena mereka belajar di tempat yang sama dan jam yang sama. Biasanya kalo sudah seperti ini si kakak bakalan jengkel, mulai deh mereka berantem. Aku mulai memisahkan mereka dan mengajak mereka bicara. Masing-masing boleh berargumen, dan aku mendengarkan. Sudah selesai argumennya, masing-masing aku ingatkan untuk mengendalikan dirinya. Si adek misalnya, sudah mengerti bukan berarti sombong dan merendahkan kakaknya. Dan si Kakak harus lebih giat belajar dan juga tidak perlu merasa rendah diri karena belum mengetahui. Basicly mereka anak yang baik, sehingga tidak sulit untuk memisahkan mereka ketika berantem. Klo mereka tidak bermaafan, salah satu aku minta istirahat dan menenangkan diri. Dan klo sudah tenang dan bisa saling memaafkan maka pelajaran dilanjutkan.

Sesuatu yang sangat berkesan dengan murid-muridku ini adalah, ketika mereka mengingatkan aku untuk sholat maghrib. Karena kebetulan aku dan mereka berbeda kepercayaan maka hal ini yang membuat aku kagum pada mereka. Setiap mereka mendengar adzan maghrib, mereka mengingatkan "Bu, udah waktunya sholat nich". Pernah mereka menanyakan sholat itu apa, untuk apa. Aku jawab selogis mungkin dan mudah diterima oleh anak-anak seusia mereka.

Mereka juga sangat terbuka padaku dengan menceritakan keluarga mereka, dan aku merasa bersyukur karena mereka sangat mempercayai diriku dan menganggap diriku orang yang dekat dengan mereka. Suatu ketika si kakak bercerita padaku, "Bu sebenarnya saya dengan adek itu saudara tiri". Aku cukup terkejut dengan perkataan ini karena kepercayaan mereka untuk menceritakan hal ini dengan orang lain. Lalu aku bertanya,"Oh, ya tapi itu bukan berarti kamu tidak sayang sama adek khan ?" lalu si kakak bilang,"Iya bu, ndak kok, saya sayang sama adek. Ibu saya dengan adek itu berbeda". Lalu aku bertanya, "Ibu kamu dimana ?" dia menjawab,"Saya tidak tahu bu, sudah lama ndak bertemu. Yang jelas nenek saya dulunya berdoanya sama seperti ibu". Maksud si kakak ibunya beragama sama denganku.

Mereka ini sangat merindukan orang tua mereka karena mereka sangat jarang bertemu. Terlebih lagi ketika mereka harus hidup di Surabaya dan orang tuanya tetap di Poso. Mereka juga pernah bercerita klo rumahnya pernah dimasuki orang-orang yang tidak bertanggungjawab dan dirusak, mereka bilang sempat trauma kalo malam hari karena mereka mendengar ibu mereka menjerit-jerit minta tolong. Oleh karena itu untuk menjaga mereka maka orang tuanya memindahkan mereka ke surabaya sedangkan orang tuanya tetap menjalankan bisnis kebun coklatnya di sana.

Mereka juga sering bercerita di sekolah tadi mengalami apa, kalo ada masalah dengan temannya mereka juga bercerita denganku. Aku mulai memahami karena di rumah itu sangat crowded dan sang nenek mungkin sudah lelah sehingga "kurang memperhatikan" mereka bahkan hanya untuk bercerita apa yang terjadi hari ini. Aku mencoba untuk tidak hanya fokus memberikan les privat tetapi juga menjadi teman mereka.

Setiap akan pulang mereka selalu minta waktu 5-10 menit untuk bermain. Aku memperbolehkan saja bahkan aku ikut melakukan permainannya. Menurutku permainannya cukup menghibur dan mendidik, permainannya itu menyebutkan nama (negara, kota, hewan, etc) dari huruf yang ditentukan dari banyaknya jari kita. Jadi misalnya aku menurunkan 1 jari, si kakak 1 jari dan si adek 1 jari maka kita harus menyebutkan nama (negara, kota, hewan, etc) dengan awalan huruf C. Bisa jadi aku kalah lho dengan mereka :-), sungguh menyenangkan setelah selesai belajar karena hal ini cukup membuat kita rileks dan bisa tertawa lepas.

Pada saat pulang mereka selalu mengatakan,"Selamat malam bu, sampai besok...Terima kasih" dan hal ini dilakukan setiap kali aku berpamitan pulang. Aku sangat terkesan untuk pendidikan kesopanan ini, untuk anak seusia mereka bisa jadi hal ini bukan sesuatu yang lazim dilakukan.

Aku memberikan les privat ke mereka sekitar setahun lebih, sampai aku lulus kuliah. Dan harus berhenti karena aku harus bekerja di suatu perusahaan. Aku terigat ketika berpamitan dan tidak bisa melanjutkan les privat seperti biasanya, mereka bertanya " Yaa bu, Ibu mau ke mana?. Nanti yang nemenin kita main siapa bu?" rasanya tidak tega meninggalkan mereka karena mereka anak-anak yang manis. Alhamdulillah selama les mereka mengalami peningkatan di sekolah dan berhasil mendapatkan peringkat kelas. Si kakak masuk 5 besar sedangkan si adek mendapat peringkat 2. Lalu aku menjawab, "Ibu mesti kerja di tempat lain". Kemudian mereka menjawab,"Soalnya ibu sudah selesai ya belajarnya (read : kuliah)" lalu aku menjawab,"Iya nich, kalian belajar yang rajin ya dan mesti saling sayang lho ya". Si kakak bilang,"Iya Bu, ibu juga ya jangan lupa sama kita".

Anak-anak yang manis dan semoga mereka menjadi anak-anak baik yang berhasil. Sebelum berangkat luar kota aku pernah menerima telpon mereka di rumah, mereka ingin say hello dan menanyakan khabarku. Walaupun sekarang sudah tidak pernah bertemu dan pastinya mereka sekarang udah remaja karena itu sekitar 7 tahun yang lalu :-)

Miss you my lovely student...and do you know something, I'm learn from them :-)

Wassalam,



Tidak ada komentar: