Selasa, 28 Agustus 2007

Story 2

Waktu berjalan dan kehidupan juga terus berlanjut...Sang pria sudah bersama pujaan hati dan akupun mulai bisa ikhlas dan sembuh. Bersyukur sekali karena aku mempunyai teman-teman yang sangat men-support diriku dan selalu ada untuk ku. Air mata tidak ada lagi yang ada hari-hari yang menyenangkan dengan sahabat-sahabatku.
Saling cerita, saling tertawa ..ehmmm apa yang kurang dari keadaan ini. Sedangkan hubunganku dengan pria tersebut juga baik sebagai teman, dia memberi kabar dan begitu pula sebaliknya.
Suatu ketika aku merasakan sesuatu yang aneh, ya namanya kenyamanan dan perasaan suka walaupun tidak mendalam dengan salah satu sahabatku tetapi aku mencoba untuk tidak membuka perasaan ini dengan lebar dan hanya menikmatinya saja karena masih ada perasaan berhati-hati mengingat apa yang pernah aku alami. Aku punya sahabat 5 cowok dan 2 cewek selama bekerja di luar kota ini. Mereka sudah seperti abang dan adek bagiku. mereka lah yang membuatku cepat sembuh dan kembali melanjutkan hari-hari yang membahagiakan.
Aku tersadar bahwa aku menyukai sahabatku yah sebut saja Adri, karena ketika dia mengalami sakit aku heboh mencemaskan dirinya dan ketika bertemu dengannya aku merasakan kelegaan dan bahagia. hanyu satu sahabat cewek yang tahu tentang ini. Tapi aku mencoba untuk tetap menjadi sahabat saja walaupun aku sangat senang dengan perhatian yang diberikan. Padahal kalo dilihat kembali si Adri ini jauh dari type yang aku sukai, liat saja dia sangat kalem, lembah lembut, manja sekali karena dia anak bungsu padahal secara umur dia lebih tua dariku, kurang perhatian dengan teman..tapi sekali lagi aku melihat sesuatu yang menarik darinya..Dan betul saja ternyata dia menyukai salah satu sahabat cewekku...tidak ada kecewa karena aku sadar berani memulai harus berani menerima apa yang akan terjadi, kalau di ilmu statistik probabilitasnya 50 : 50 = sukses : gagal. So aku hanya bisa mensupport dia untuk mendapat gadis idamannya walaupun ternyata si gadis tidak bisa menerima dia sebagai kekasih. Ternyata oh ternyata temen cewek ku ini menyukai sebut saja Aldi, salah satu sahabat cowok yang lain...Dan Aldi tidak bisa memberikan apa yang temen cewekku harapkan.
Aneh memang ketika melihat situasi dimana ada orang yang sayang dengan kita tapi kita tidak bisa berlaku sama seperti dia begitu pula sebaliknya, ini anehnya...mungkin dibalik ini semua Allah SWT ingin berpesan bagaimana rasanya sayang itu dan agar kita bisa menghargainya apabila kita bertemu dengan orang yang tepat, bagaimana rasanya sakit, bagaimana rasanya menyakiti, bagaimana rasanya kecewa, bagaimana rasanya bahagia.
Aku tidak terlalu terluka dengan apa yang terjadi dan lebih bisa menerima, Alhamdulillah hubungan kita baik semua.
Di lain pihak ada salah satu sahabatku sebut saja Andre yang sangat memperhatikan diriku, ehmm dia temam yang sangat menyenangkan. Kebetulan apa yang menjadi favorit tontonan kita sama. Untuk masalah discuss kehidupan, sosial dia juga sangat menyenangkan. Orangnya sangat ngemong karena usianya agak jauh dariku sekitar 4-5 tahunan lebih tua. Dia mempunyai hubungan long distance dengan kekasihnya. Dan mereka mengalami kesulitan komunikasi, dia sempat bercerita denganku bahwa pria itu selain membutuhkan komunikasi juga membutuhkan pertemuan. Aku sempat berdebat dengannya karena menurutku komunikasi yang lebih berkualitas itu lebih penting dibandingkan dengan frekuensi pertemuan, hanya saja perdebatan ini tidak ada kesimpulan karena dia tidak menjelaskan detail maksud pertemuan yang sama pentingnya dengan komunikasi itu. Sahabatku ini lebih banyak berdiskusi dibandingkan dengan sahabat-sahabatku yang lain, kalau sudah discuss kita nyambung banget. Suatu ketika dia mengalami keputusan yang kurang baik dengan kekasihnya karena mereka tidak bisa melanjutkan hubungan lagi dan harus berpisah, sepertinya komunikasi sudah lama tidak terjalin dengan baik. Dia sering cerita tentang kekasihnya itu dan mengingat hubungan mereka yang lama tentunya kasih sayanag mereka juga pasti dalam..
Dan akhirnya dia mengutarakan sesuatu yang tidak terduga, dia menyatakan sayang dan ingin meningkatkan step pertemanan ke step selanjutnya, sesuatu yang tidak kuduga sebelumnya. Aku tidak yakin dan meragukan apa yang kurasakan pada sahabatku ini, aku sangat nyaman di dekatnya tapi apakah ini kasih sayang itu ? ah aku meragukan karena aku baru saja terluka. Aku tidak ingin semuanya jadi kabur dan hanya sesaat. Dia sangat baik tetapi ada hal yang aku tidak bisa menerima dia ke step selanjutnya dan lebih memilih untuk bersahabat dengannya.
Dia sangat heran dengan keputusanku mengingat diriku yang juga sangat terbuka dengannya, dan bersamaan dengan ini pria yang hadir di kehidupanku yang lalu sedang membutuhkan teman bercerita. Dia mengalami masalah dengan kekasihnya, dia sering menghubungiku... Ya Allah apa ini, apa yang harus aku lakukan 2 pria yang aku sayangi hadir bersamaan dalam waktu yang dekat...
Benar saja pria itu memutuskan hubungan dengan kekasihnya karena permasalahan diantara mereka yang sampai saat ini aku tidak tahu pasti.. Apa ini, apakah aku harus hadir lagi di kehidupan pria itu ? Karena sejujurnya sayang itu tetap ada untuk pria itu...Ya benar saja, dia mengutarakan ingin kembali, aku bimbang. Sahabatku dan pria ini adalah orang-orang yang ada di hati, mereka saling melengkapi candaku dalam hati seandainya mereka adalah 1 pria dengan gabungan kepribadian antara sahabatku dan pria itu, ehmmm that's my type begitu bisikku dalam hati. Jahat ya mungkin tapi begitulah yang sempat terlintas di benakku...tapi aku tidak ingin menyakiti siapa-siapa, karena sayang itu ketulusan
Semua bersamaan, aku berserah pada yang punya kehidupan mana yang terbaik aku jalanin...Dan ya aku kembali pada pria yang sebelumnya. Dia lebih dewasa sekarang dan ingin melangkah ke step yang selanjutnya untuk berkeluarga. Antara takut dan yakin aku menjalani semuanya, mengingat orang tuanya yang tidak memilih diriku. Pria ini meyakinkan diriku semuanya akan baik-baik saja, karena dia sudah meyakinkan sang ibu. Ibu akhirnya menyerahkan semuanya kepada putranya, dan dia mendukung keputusan putra yang disayangi itu. Kali ini hubunganku dengan keluarganya berjalan baik. Semua menerima diriku dengan baik dan ikhlas. Senyuman dan harapan yang baik ada di hatiku, aku melanjutkan pekerjaan dan kita harus berhubungan jarak jauh.
Aku akan berusaha bahwa komunikasi yang berkualitas adalah kuncinya. Masalah tetap timbul, karena dia ini adalah tipe pria yang sangat baik kepada gadis-gadis maka kesalahpahaman sering terjadi. Terlebih lagi tempat tinggalnya yang berdekatan dengan mantan gadisnya membuatnya sering bertemu, dan dia tidak bisa tegas dengan apa yang dirasakan walaupun sedikitpun aku tidak pernah meragukan sayangnya kepada diriku.
Aku lebih sensitif dan lebih mudah cemburu kepadanya, hanya saja logikaku berkata sebagai penyeimbang untuk apa aku tidak mempercayainya. Dan aku lebih memilih untuk mempercayainya...Aku disibukkan pekerjaan yang luar biasa menyita waktuku, bahkan hari Sabtu & Minggu bila perlu aku harus pergi ke kantor padahal pria ini adalah tipe pria dimana dia mendambakan kekasihnya ada di rumah dan tidak sibuk seperti super woman. Dia menjadi ketakutan dan sekali lagi kebimbangan ada di hatinya, hubungan kami kembali menurun...Ya Allah apa ini ? bisikku, tapi aku tersadar bahwa aku harus berusaha. Sekuat tenaga aku berusaha meyakinkan bahwa ini tidak berlangsung untuk selamanya dan aku berusaha untuk mendapatkan pekerjaan yang bisa lebih banyak waktu untuk kita berdua. Sementara itu komunikasi kita semakin memburuk, ah apa benar teori andre bisikku dalam hati dan sekuat hati pula aku tidak mempercayainya.
Malam itu aku sedang mengerjakan pekerjaan yang tidak dapat ditunda karena berhubungan dengan Head Quarter perusahaan dimana aku bekerja, jam 7 malam aku mulai gelisah karena pekerjaan tak juga selesai, tiba-tiba HPku berbunyi aku bahagia karena pria itu menelpon tetapi ada juga rasa cemas. Dan benar saja bukan kata-kata support agar pekerjaanku cepat selesai tetapi kata memutuskan hubungan yang aku dengar. Aku tidak bisa berkata-kata, hanya air mata yang mengalir...mulutku tertutup rapat dan hanya mendengar kata putusan seperti seorang terdakwa...Apa salahku bisikku dalam hati, aku tidak mendua, aku tidak berlaku buruk apa ini...bisikku berulang-ulang...Dan tidak ada keraguan dalam perkataannya, tiada lain ingin menyudahi hubungan kita yang sudah berlangsung 6 tahun...Dia hanya berkata "aku takut melihat dirimu begitu sibuk dengan pekerjaan", aku seperti seorang terdakwa yang hanya bisa mengeluarkan kata-kta pembelaan bahwa ini tidak untuk selamanya..tapi pembelaanku tidak cukup semuanya sudah berakhir...Kata-kata istighfar yang keluar dari mulutku agar aku diberikan kekuatan, karena aku harus melepas orang yang aku sayangi sekali lagi...Orang yang aku pahami, walaupun pemahamanku masih banyak kekurangannya....Tiba-tiba semuanya hening, dan aku seperti kehilangan kata-kata.....

Tidak ada komentar: