Hari itu seperti biasa aktifitas berangkat kantor bersama suami. Tiba-tiba dalam perjalanan aku menerima sms dari adik bahwa papa sakit. Perasaanku mulai tidak enak, aku bertanya sakit apa. Adik menjawab tidak tahu, hanya papa sulit menggerakkan anggota tubuhnya. Adikku bercerita bahwa kemarin papa minta difoto dengan cucunya (anak adikku) tetapi adik menjanjikan akan difoto pada saat acara nikahan sepupu kami, karena pada saat itu papa akan memakai pakainan adat Jawa sebagai pendamping pengantin. Dan ternyata hari itu papa sakit jawab adikku, sepanjang jalan aku tidak bisa menahan air mata. Papa sakit apa tanyaku dalam hati. Aku cemas tapi berusaha untuk menjaga pikiran.
Setelah pulang kerja, segera aku menuju rumah untuk melihat kondisi papa, dan ternyata papa terkena stroke karena hypertensi. Papa sulit menggerakkan anggota tubuh sebelah kanan. Aku bertanya pada papa tentang kondisinya dan beliau sekuat tenaga berusaha untuk nampak sehat di depan kami semua. Akupun berusaha seoptimis mungkin menyemangati beliau dan tidak mengkondisikan bahwa beliau sakit.
Aku mulai tenang melihat kondisinya membaik setelah mendapat pengobatan. Keesokan hari aku mengunjungi beliau lagi untuk melihat kondisinya. Papa nampak baik walaupun tidak bisa memfungsikan bagian tubuh sebelah kanan.
Hari sabtu aku berencana untuk menghadiri pernikahan salah satu sahabatku, dan tiba-tiba HPku berbunyi, suara adik mengabarkan bahwa papa mengalami penurunan kesadaran dan harus segera dibawa ke rumah sakit. Sepanjang jalan aku berusaha untuk tenang dan jernih walaupun kecemasan berlalu lalang dipikiran. Ya Allah, beri papa dan kami kekuatan.
Papa segera dilarikan ke UGD pada hari itu untuk mendapatkan perawatan. Air mata mengalir melihat papa yang tidak berdaya, adik kami yang laki-laki (si bungsu) menangis di sudut ruangan, sesuatu yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Untuk pertama kalinya, Aku dan adikku saling berpelukkan untuk saling menguatkan.
Aku termasuk anak yang tidak terlalu banyak bercerita dan dekat dengan keluargaku. Tiba-tiba aku merasa betapa kangennya aku dengan keluargaku yang mungkin sebelumnya berkadar tidak sekangen ini. Apakah aku terlalu sibuk bisikku. Ya Allah, mungkin Engkau sedang mengingatkan diriku.
Adikku yang bungsu nampak dewasa menghadapi ini walaupun air mata mengalir dari matanya. Dia berbisik kepadaku, "Papa tidak apa-apa, dia sedang berjuang."
Papa harus dirawat di rumah sakit untuk memulihkan kondisinya. Tiba saatnya aku dipanggil untuk melakukan transaksi administrasi awal, aku berbisik "Ya Allah, tolong hambamu." Aku harus melakukan pembayaran di awal dengan nilai yang menurutku tidak sedikit, Subhanallah alhamdulillah kami ada rejeki untuk menyelesaikan tanggung jawab ini. Tiba-tiba aku teringat, bagaimana seandainya tidak memiliki...Ah, bisikku, Allah SWT tidak pernah meninggalkan umatnya. InsyaAllah semuanya dimudahkan.
Papa dirawat secara intensif di rumah sakit, beliau harus rela dengan segala ketidakenakan yang terjadi. Beliau mengkhawatirkan kami dan tidak ingin menjadi beban kami. Beliau nampak berusaha keras agar segera sembuh. Tubuhnya nampak lemah walaupun genggaman tangannya sangat kuat. beliau tidak dapat berbicara hanya bisa mendengar, melihat dan menggerakkan tubuh bagian kiri. Aku berusaha tenang dan menyemangati beliau. Walaupun beliau tidak dapat berbicara, aku berusaha untuk selalu mengajak berbicara.
Kami sekeluarga semakin dekat dan saling menyemangati. Terutama mama yang dengan tabah dan sabar menemani papa selama 24 jam. Aku tidak pernah merasa sedekat ini dengan mereka dan saling menjaga. Ya Allah, Engkau mengingatkan hambamu ini.
Setiap moment begitu berharga. Papa yang kadang-kadang nampak kurang sabar membuat kami menjadi lebih sabar dan tabah untuk selalu mensupport beliau. Beliau nampak sering mencoba menarik infus karena ingin segera sembuh atau tidak ingin membebani kami, entahlah tetapi yang pasti kami tetap optimis dan positive thinking bahwa beliau hanya ingin segera sembuh.
Suatu ketika aku meminta maaf pada beliau dan meminta beliau untuk sabar dan semangat serta berjuang untuk sembuh. Aku begitu rapuh dan merasa sangat bersalah padanya. Mungkin di luar kesengajaanku terdapat kurangnya perhatianku. Beliau mendengar, kemudian menitikkan air mata sambil berusaha berkata padaku walaupun yang terdengar hanya suara yang kurang jelas darinya.
Tiba pada hari Senin (15 Jun 09), papa dipindah kamar ke bagian penyakit dalam karena sebelumnya berada di kamar isolasi. Nafas papa semakin berat dan terasa sulit, ternyata kondisi papa drop. Sore hari, papa dinyatakan koma. Kami semua diminta segera berangkat menuju rumah sakit. Segera aku bergegas dari kantor, support dari teman-teman begitu luar biasa dan membuatku tenang. Di rumah sakit keluarga kami sudah berkumpul. Ya Allah apa ini ? bisikku. Segera aku bergegas menuju kamar dan nampak papa yang tidak berdaya dan mama yang menangis di sampingnya. Segera kuhampiri tubuhnya dan aku cium keningnya. Aku melihat matanya tidak bereaksi, papa koma. Aku mendekat ke telinganya dan berbisik, "Papa, papa ingin apa ?" air mata tidak bisa kutahan dan mengalir deras. Kembali aku berbisik meminta maaf apabila mama, aku dan adik-adik ada sikap yang papa tidak berkenan. Aku melihat papa menitikkan air mata. "Ya Allah berikan yang terbaik buat papa saya", isakku. Aku hanya meminta yang terbaik bagi beliau kepada Allah SWT.
Perawat memanggil menyampaikan bahwa dokter menyarankan agar papa segera masuk ICU. Papa mengalami gagal nafas, kadar oksigen di darahnya sangat rendah dan harus segera dilakukan penanganan secara intensif. Aku dan suami kembali harus menandatangani beberapa surat perjanjian untuk perpindahan pasien. Kami hanya ingin yang terbaik bagi beliau. Ketulusan suamiku sangat mensupport diriku dan menguatkan kami. Administrasi rumah sakit mulai melakukan analisis resiko tentang kemampuan pasien dengan biaya yang harus ditanggung. Hal ini dilakukan untuk make sure bahwa pasien bisa memenuhi kewajibannya. Aku sempat risih mendengarnya namun mereka hanya menjalankan prosedurnya.
Ya Allah jauhkan hamba dari ketidakmampuan dan mudahkan usaha kami, bisikku. Begitu banyak doa dan dukungan yang membuat kami selalu kuat.
Gagal nafas tersebut disedabkan karena paru-paru papa penuh dengan cairan sehingga papa sulit bernafas. Cairan tersebut terjadi karena sistem tubuh yang terganggu karena serangan stroke. cairan tersebut harus dikeluarkan dari paru-paru. Malam itu perawat ICU bekerja untuk mengeluarkan cairan dari paru-parunya. Kami menunggu di luar ruangan dengan terus berdoa. kami pasrah dan ikhlas tetapi tetap berusaha yang terbaik bagi beliau.
Perawat menginformasikan bahwa cairan di paru-paru berhasil dikeluarkan tetapi proses tersebut bertahap dan tidak dapat dilakukan sekaligus. Jadi masih akan dilakukan pengeluaran cairan.
Pagi hari, dokter menyampaikan bahwa papa sudah sadar, fungsi jantung baek, fungsi otak baik hanya fungsi paru-paru yang perlu ditangani dengan intensif. Kami bersyukur karena ada perkembangan baik.
Saat ini papa sudah keluar dari ICU tetapi beliau masih harus mendapat perawatan intensif di rumah sakit.
Begitu banyak doa mengalir yang membuat kami sabar dan semangat...
Every moment is precious...
Kadang kita lupa tanpa bermaksud melupakan...
Kadang kita menganggap biasa orang-orang luar biasa yang ada di sekitar kita dan yang berjuang untuk kita...
Kadang kita lupa tanpa bermaksud melupakan untuk mengatakan I'm care or I love you terhadap orang-orang yang menyayangi kita sampai kita tersadar oleh sesuatu...
Never too late for always care...
Ketulusan menyayangi tidak hanya semata di dalam hati...sekecil apapun, setidakpenting apapun sometimes you need to express with your word, your talk, your laugh...
Ya Allah Maha Menyayangi dan Maha Besar, berikan yang terbaik bagi papa kami tercinta, bagi keluarga kami, bagi umatmu...amien.
Papa, I love you and I'm sorry if I'm never express that..
I'm learn right now and this is never too late...
Wassalam,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar