Terminal bis Joyoboyo ini terletak di kota Surabaya (bagi yang belum tahu), salah satu terminal bis yang ada di Surabaya. Letaknya dekat dengan kebun binatang Surabaya. Ndak cuman bis tapi ada juga kendaraan umum dalam kota. Aku mulai akrab dan mengunjungi Joyoboyo sejak masuk SMP, karena SMPku terletak di pusat kota dekat kotamadya Surabaya sedangkan rumahku ada di Surabaya barat. Jadi mau tak mau jalur yang paling mudah untuk naik kendaraan umum adalah melalui Joyoboyo.
Seperti layaknya terminal yang ada di sini, tentu ada yang jualan, ada "penghibur" alias penyanyi, pengemis.
Let's talk about "penghibur" yang ada di Joyoboyo. Para penyanyi ini mulai dari yang umur balita sampai yang udh tuwir. Dari yang suaranya paling OK sampai yang asal-asalan. Ada yang aku perhatikan mengamen sejak kecil sampai ABG. Jadi hafal dengan mereka karena seringnya melihat para pengamen itu. Biasanya mereka menyanyi single dengan alat yang sederhana icrik-icrik (kumpulan tutup botol yang dipipihkan dan digabungkan jadi satu), gitar bahkan gitar dan harmonika. Ada juga yang mirip band komplit dengan anggota yang lebih banyak dengan peralatan gitar lebih dari satu plus galon air mineral...:-)
Yang menarik itu, menurutku mereka ini secara tidak langsung mempromosikan lagu-lagu para penyanyi terkenal, selain promo di TV atau media yang lain secara ndak langsung para pengamen ini juga ikut mempromosikan. Aku sendiri kadang-kadang sering menikmati lagu yang dibawakan dengan bagus dan tertarik dengan lagunya bahkan hapal dengan syairnya tanpa tahu terlebih dahulu penyanyi aslinya siapa. Baru setelah punya kesempatan nongkrong di depan TV mulai deh cari-cari info siapa penyanyinya atau kalo ngobrol dengan teman-teman. Maklum kurang gaul ha..ha...sebenarnya kurang nonton TV kali ya karena harus bekerja mulai jam 07.30 sampai jam 17.00 mulai senin sampai jum'at dan 07.30 sampai jam 13.30 untuk sabtu membuatku jarang nonton TV di pagi sampai siang hari kecuali kalo liburan sedangkan stasiun TV yang menyiarkan musik terbaru biasanya menayangkan acara pada jam pagi sampai siang...
Di satu sisi yang lain aku mencoba melihat anak-anak pengamen. Biasanya usia mereka antara 4 - 12 tahunan (kategori anak-anak). Untuk yang balita itu kadang-kadang pengucapannya masih belum sempurna alias cadel. Mereka ini ndak cuman mengamen pada pagi hari atau siang bahkan malam hari. Ada diantaranya yang punya suara bagus dan cukup menghibur tetapi ada juga yang menyanyi asal-asalan asal dapat uang belas kasihan. Biasanya mereka ini menyanyi tidak sampai habis hanya sebentar kemudian merajuk-rajuk minta uang. Kadang hal tersebut membuat beberapa orang tidak tega tetapi tidak sedikit juga yang tidak simpati dengan cara ini, menurutku memberikan uang tidak cukup menyelesaikan masalah karena sudah ndak ada kemampuan pada akhirnya malah memupuk kemalasan walaupun kadang-kadang tidak tega juga melihat mereka. Biasanya mereka terlihat kurus, kotor dan semestinya untuk usia mereka pada jam malam seperti ini sudah waktunya untuk belajar atau istirahat.
Bukan rahasia lagi kalo mereka ini sebenarnya mencari nafkah atau lebih tepatnya sebagai pencari nafkah untuk keluarganya. Ada yang berapa saudara gitu dan semuanya punya profesi yang sama. Pernah aku menemui, anaknya sangat imut-imut, cantik dan cukup bersih seandainya tumbuh besarpun InsyaAllah bisa menjadi cewek yang cantik tetapi dia harus bergelut dengan udara malam, lingkungan yang kasar, kejahatan yang mengincar dan persaingan. Mereka ini biasanya ditarget oleh orang tuanya untuk mencapi nilai rupiah tertentu, kalo tidak bisa mencapai apa yang ditargetkan biasanya mereka akan menerima hukuman. Itu yang aku ketahui dari cerita salah seorang yang aktif mengurusi anak-anak jalanan suatu hari pada saat di angkot (angkutan kota). Dan memang seperti itu kenyataannya biasanya orang tua tidak menyebutkan angka bulat karena mereka ada yang masih belum bisa berhitung, orang tua biasanya menyebutkan mengumpulkan 100 keping uang 500 yang artinya Rp 50.000,- dalam 1 hari bahkan bisa lebih. Aku pernah mendapati anak-anak pengamen yang tidak berkualiatas suaranya sedang berbincang-bincang, salah satu menyebutkan kurang 5 keping uang 500 an lagi artinya memang ada target untuk mereka.
Yang mengerikan lagi ada yang masih kecil sekali mungkin sekitar 3-4 tahun tetapi sudah bisa mengatakan umpatan yang kasar..sedih mendengarnya.
Ngeri aja kalo melihat kenyataan seperti ini.
Ada wadah sosial sebenarnya yang menampung mereka, yang aku ketahui di Joyoboyo itu ada Alang-Alang. Alang-alang ini memberikan pendidikan kepada anak-anak tersebut, karena beberapa kali aku melihat anak-anak ini membawa buku dengan menggunakan kaos bertuliskan alang-alang.
Ketika melihat wajah-wajah mungil mereka sering kali aku merasakan kepedihan tetapi dengan memberikan mereka uang ada lagi pertanyaan apakah ini benar. Kata orang mesti ikhlas tanpa melihat maksud atau mau diapakan uang itu tetapi mudah-mudahan tidak memupuk hal-hal yang negatif.
Ketika melihat national geographic yang ditayangkan metro beberapa waktu yang lalu tentang pemanfaatan anak-anak dibawah usia di India untuk bekerja, sudah begitu sangat mengerikan. Dimana mereka harus bekerja jadi tukang batu dengan tubuh yang kecil dan kurus, harus diperjualbelikan "maaf" dalam dunia prostitusi dalam usia yang sangat belia...bahkan suatu badan yang peduli terhadap hal ini di India juga mengalami kesulitan untuk menyelesaikan ini karena beberapa hal. Dan saat ini masih berusaha dan berjuang untuk menemukan solusi untuk menyelesaikan hal ini.
Yes, and this is true around us ...
Wassalam,